Disable Copying

Sunday, February 8, 2015

Mengenal Agama Tuhan


Intisari dari Ajaran Tuhan
Oleh: Maulana Malik Fikri

Sumber Gambar: Google
Mungkin banyak diantara kita yang masih memiliki kontroversi mengenai Tuhan. Entah dari kenyataannya, eksistensinya maupun keberadaannya. Tak dapat dimungkiri bahwa mungkin diantara kita masih banyak yang ragu. Banyak yang lalai, banyak yang tidak mengetahui, banyak yang tidak percaya. Menurut saya itu wajar. Karena sebenarnya hanya sedikit yang diberi kesempatan untuk bertemu Tuhan dalam kehidupan dunia, misalnya Nabi Muhammad SAW dan Nabi Musa AS. Saya sendiri dapat memahami hal itu. Karena banyak hal di dunia ini yang tidak kita mengerti, banyak ilmu yang tidak kita capai, sejarah yang telah lama mati dimakan usia, serta masa depan yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Karena manusia sekarang terdiri dari berbagai macam generasi, ras, budaya, kepercayaan dan bahasa. Dengan berbagai perbedaan ini, saya mencoba mengerti mengapa manusia memiliki  berbagai macam definisi majemuk mengenai berbagai hal tentang dunia ini.

Mungkin sejauh ini, kita semua mengeluarkan pendapat, entah itu opini maupun fakta, berdasarkan pengetahuan yang kita miliki. Itulah kenyataannya. Namun yang membuat kita berselisih, mungkin adalah perbedaan diantara kita. Hanya karena dia tidak sependapat dengan kita, dia menjadi seorang terdakwa yang bersalah. Karena dia tidak se-bangsa dengan kita, dia menjadi dikucilkan. Karena dia berbeda dari yang lain, dia menjadi bahan tertawaan. Itulah kenyataan hidup. Mungkin kita pernah merasakannya. Namun penyesalan takkan mengubah apapun. Saya tidak bisa menjaminnya, tapi saya yakin kita dapat mengubah kehidupan kita saat ini dengan mengubah sikap dan pola pikir kita.

Mungkin orang-orang terdahulu, juga tak jauh berbeda dengan keadaan kita saat ini. Seperti prinsip stratigrafi geologi, bahwa “the present is the key to the past”. Sekarang saya ajak kita semua berpikir, seandainya diantara kita ada yang mengaku seorang utusan Tuhan, apakah kita akan mempercayainya begitu saja? Terutama ketika sang utusan ini ingin mengubah tradisi, sikap, serta pola pikir yang telah dianut selama bertahun-tahun lamanya?

Sebelum membaca lebih lanjut, saya ingin saudara-saudara merenungkan sedikit cuplikan diatas. Berikanlah pemahaman kalian mengenai hal diatas, bisa dalam hati tapi akan lebih baik jika ditulis di kertas.
-------------------------------------------------------------------------------------
Apa yang akan saya utarakan disini, mungkin akan kalian anggap salah. Sesat. Mungkin kalian akan berhenti membaca sebelum menyelesaikannya karena menganggap ini hanyalah omong kosong belaka. Karena mungkin kita memiliki pemahaman yang berbeda, sudah sewajarnya jika ada yang “memusuhi” tulisan ini. Meski mungkin, pada akhirnya kita memilih jalan yang berbeda, saya tidak masalah asal kita dapat mempertanggungjawabkannya di akhirat nanti. Karena sebagian tulisan ini, adalah pengetahuan yang telah saya kumpulkan setelah banyak membaca, merenungkan, dan menyimpulkan berbagai kejadian mengenai kitab samawi.
 -------------------------------------------------------------------------------------
Al-Qur’an
Kitab Al-Qur’an, yang saat ini menjadi kitab pedoman bagi umat Muslim, adalah kitab samawi terbaru, diantara kitab-kitab samawi lainnya. Berdasarkan isinya, kitab ini memiliki berbagai nama dan gelar yang diberikan oleh para pakar Muslim, di masa kini maupun lampau. Mungkin memang masih membutuhkan waktu untuk mengupas semua kebenaran kitab ini, tapi kami yakin pasti tiba saatnya dimana semuanya terungkap.

Berdasarkan ilmu pengetahuan, tak sedikit ilmuwan, sejarawan, maupun teolog yang membuktikan sendiri ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga mereka berbalik menekuni kitab ini. Tentunya, hal ini juga berlaku bagi kitab-kitab samawi lain, sehingga menimbulkan berbagai perdebatan sengit antar agama. Terlepas dari berbagai sejarah terkumpulnya ayat-ayat Al-Qur’an, saat ini mari kita bahas pokok dari Al-Qur’an tersebut.

Ummul Qur’an
Pembukaan Al-Qur’an, dimulai dengan adanya Surah Al-Fatihah, yang dikatakan Ali’ sebagai inti dari Al-Qur’an itu sendiri ketika melamar anak Rasul. Hal ini membuktikan pengetahuan Ali’, bahwa ada perbedaan yang besar antara mereka yang mengerti seluruh kitab dengan mereka yang hanya menghapal seluruh ayat Al-Qur’an tanpa pemahaman yang pasti.

Yang tidak diceritakan adalah, kenapa Surah Al-Fatihah ini menjadi inti dari Al-Qur’an? Pertanyaan ini, memiliki berbagai macam jawaban, tergantung dari pemahaman seorang individu. Dan selama dalam perjalanan saya, belum ada jawaban yang memuaskan, hingga akhirnya saya menyimpulkannya bahwa “Al-Fatihah adalah inti dari Al-Qur’an, maka ia adalah inti dari agama Islam juga”.

Mungkin tidak banyak yang setuju dengan kesimpulan saya ini. Namun, saya mengambil kesimpulan ini, bukan tanpa pertimbangan. Bukankah Islam sendiri didasarkan pada Al-Qur’an? Itulah yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad, dan jikalau ada peraturan yang belum ditetapkan dalam Al-Qur’an, barulah kita merujuk pada As-Sunnah. Bukankah itu kenyataannya? Karena itu, jikalau inti dari Qur’an itu adalah Surah Al-Fatihah, maka menurut saya tidaklah salah jika menyimpulkan bahwa inti dari Islam adalah Surah Al-Fatihah itu sendiri.

Pengenalan Kepada Tuhan
Membahas ayat-ayat yang terdapat dalam Surah Al-Fatihah, kali ini Tuhan memperkenalkan dirinya dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih,Yang Maha Penyayang, Yang Menguasai Seluruh Alam dan Yang Menguasai Hari Pembalasan. Berbeda dengan yang lain, berdasarkan ayat-ayat dalam Surah Al-Fatihah, saya mengklasifikasikan lima nama-nama Tuhan, yang mungkin dikenal dalam berbagai kitab (kemungkinan besar dalam bahasa yang berbeda).

Mungkin kita akan bertanya, dari berbagai nama-nama Tuhan di seluruh catatan sastra, dari dulu hingga sekarang, mengapa hanya lima nama saja yang ia sebutkan dalam pembukaan kitab Al-Qur’an? Kenapa bukan Yang Maha Pengampun, Yang Maha Cerdas, ataupun nama-nama lainnya?
Percaya atau tidak, ini adalah salah satu batu ujian bagi kita. Menurut saya, kemungkinan besar kenapa Tuhan memilih lima nama tersebut adalah:

1.     
Karena nama tersebut sering ditulis dalam kitab sastra, sehingga siapapun yang membacanya akan langsung mengerti bahwa maknanya adalah Tuhan, walaupun berbeda dari segi bahasa. 
2.   Karena dari dulu hingga sekarang Tuhan mengabarkan bahwa dialah pemilik Hari Kiamat.
3.   Karena Tuhan sudah sejak lama memperkenalkan dirinya sebagai pengatur seluruh alam semesta.
4.    Karena Tuhan memilih Mekkah (kafilah Arab, yang saat itu terdiri atas berbagai suku) sebagai tempat diturunkannya wahyu.

Saya rasa kita semua setuju bahwa nama-nama seperti Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pengasih, Yang Menguasai Hari Kiamat dan Yang Menguasai Seluruh Alam merujuk kepada Tuhan itu sendiri. Namun apakah nama Allah merujuk pada Tuhan? Ini mungkin adalah pertanyaan yang sulit dijawab.
Perlu kami akui bahwa, berdasarkan sedikit penelitian yang telah kami himpun, nama-nama Tuhan sangat berbeda berdasarkan budaya dan bahasa masing-masing kaum. Misalnya, dalam peradaban Mesir Kuno nama Tuhan dikenal sebagai Aton, dalam bahasa Ibrani (Injil) nama Tuhan dikenal dengan nama Elohim, dalam Hindu nama Tuhan dikenal sebagai Hyang, kemudian dalam Islam nama Tuhan dikenal sebagai Allah.

Mengapa nama-nama Tuhan sangat berbeda, sedemikian rupa? Bukan hanya karena faktor perbedaan zaman, budaya dan bahasa yang mempengaruhi ini, namun hal ini terjadi karena adanya unsur kesengajaan yang dibuat Tuhan sendiri, kemungkinan besar untuk menguji seluruh umat manusia.

 “Dan jika Allah menghendaki, maka Ia jadikan kamu sebagai satu kaum, namun Allah hendak menguji kamu..” (Ayat Qur’an)

“Orang yang dapat menyatukan seluruh agama adalah orang yang hebat dan luar biasa”
(Kitab Jayabaya)

3 Jalan Dunia
Dalam Surah Al-Fatihah ini juga, diberikan tiga jalan besar yang akan kita lalui, yaitu jalan yang lurus, jalan yang dimurkai dan jalan yang sesat (ayat 7). Kita semua pasti mengetahui tiga jalan ini. Kita semua juga pasti setuju bahwa “jalan yang lurus” inilah yang harus ditempuh, sebuah jalan menuju kebenaran, sebuah jalan menuju Tuhan.

Meski tidak ada deskripsi mengenai jalan yang dimurkai dan jalan yang sesat, namun Tuhan mendeskripsikan dengan jelas tentang makna jalan yang lurus. Secara jelas Tuhan menuturkan, jalan yang lurus adalah jalan yang diberikan nikmat didalamnya. Mengenai nikmat apa yang akan kita dapat nantinya, tidak dituturkan lagi, tapi saya yakin kita setuju bahwa nikmat tersebut adalah hal baik bagi seluruh orang yang mengikuti jalan ini. Dan bagaimana kita mendapatkan jalan yang lurus? Tuhan secara langsung juga telah memberikan jawabannya, agar kita meminta untuk ditunjukkan jalan yang lurus tersebut. (Ayat 6)

3 Perintah Utama + 1 Perintah
Dalam inti Al-Qur’an ini, sebenarnya kita diberikan perintah pertama kita. Dan perintah pertama itu bukanlah Sholat, maupun Puasa, ataupun berangkat Haji. Perintah ini terdapat dalam ayat lima Surah Al-Baqarah, yaitu hanya menyembah Allah (Tuhan) dan hanya meminta pertolongan pada Allah (Tuhan). Itulah dua perintah utama, sebelum kalian melaksanakan ibadah lainnya. Jika dengan melaksanakan dua perintah ini saja kalian tidak mampu, maka apakah kalian merasa mampu melakukan ibadah lainnya?

Kata “menyembah” disini memiliki berbagai definisi. Apapun definisi itu, asal mengacu pada penyerahan, pengabdian serta pengakuan diri pada Tuhan, tidak ada masalah bagi saya. Dalam hal ini, cara “menyembah” Tuhan hampir dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan, bukan hanya dalam sholat. Perintah pertama ini, adalah ujian pertama kita. Kenapa? Karena kita cenderung memusatkan perhatian kita pada hal-hal yang kita lihat, dengar dan rasa. Itulah kenyataannya. Sedangkan hal-hal yang tidak terlihat, tidak terdengar, dan tidak terasa,  seperti Tuhan, sangat mudah lepas dari ingatan kita.

Yang kedua adalah, hanya meminta pertolongan pada Allah. Secara umum kasusnya kurang lebih sama seperti perintah pertama, namun agak lebih berat. Kita cenderung meminta pertolongan orang lain, karena secara harfiah manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri (menurut definisi sosiolog) dan mungkin karena itu adalah sifat alami manusia. Kita terbiasa meminta pada sesama manusia, ataupun kepada makhluk lain, karena kita merasa bahwa mereka mampu membantu kita menghadapi permasalahan hidup yang sedang kita alami. Bagaimana mungkin kita dapat meminta pada sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya (Tuhan)?     

Yang ketiga adalah meminta petunjuk akan jalan yang lurus. Kita biasanya meminta dalam perwujudan doa. Maka, doa yang paling pertama saya anjurkan adalah meminta petunjuk akan jalan yang lurus kepada Tuhan, karena ini termasuk perintah yang diberikan pada kita. Semoga pada akhirnya kita diberikan nikmatnya jalan yang lurus, yang disebut dalam Surah Al-Fatihah ini.
Satu perintah lain, yang ibaratnya seperti sunnah mu’akkad, adalah memuji Tuhan.


Mungkin cukup sekian ilmu yang bisa saya bagi kali ini. Semoga kita semua berada dalam lindungan Tuhan. Dan apapun jalan yang kalian tempuh, semoga tetap menuju kepada jalan yang lurus. See you in the next article!

0 comments: