Intisari dari Ajaran Tuhan
Oleh: Maulana Malik Fikri
Sumber Gambar: Google |
Mungkin
banyak diantara kita yang masih memiliki kontroversi mengenai Tuhan. Entah dari
kenyataannya, eksistensinya maupun keberadaannya. Tak dapat dimungkiri bahwa
mungkin diantara kita masih banyak yang ragu. Banyak yang lalai, banyak yang
tidak mengetahui, banyak yang tidak percaya. Menurut saya itu wajar. Karena
sebenarnya hanya sedikit yang diberi kesempatan untuk bertemu Tuhan dalam
kehidupan dunia, misalnya Nabi Muhammad SAW dan Nabi Musa AS. Saya sendiri
dapat memahami hal itu. Karena banyak hal di dunia ini yang tidak kita
mengerti, banyak ilmu yang tidak kita capai, sejarah yang telah lama mati
dimakan usia, serta masa depan yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Karena
manusia sekarang terdiri dari berbagai macam generasi, ras, budaya, kepercayaan
dan bahasa. Dengan berbagai perbedaan ini, saya mencoba mengerti mengapa
manusia memiliki berbagai macam definisi
majemuk mengenai berbagai hal tentang dunia ini.
Mungkin
sejauh ini, kita semua mengeluarkan pendapat, entah itu opini maupun fakta,
berdasarkan pengetahuan yang kita miliki. Itulah kenyataannya. Namun yang
membuat kita berselisih, mungkin adalah perbedaan diantara kita. Hanya karena
dia tidak sependapat dengan kita, dia menjadi seorang terdakwa yang bersalah.
Karena dia tidak se-bangsa dengan kita, dia menjadi dikucilkan. Karena dia
berbeda dari yang lain, dia menjadi bahan tertawaan. Itulah kenyataan hidup.
Mungkin kita pernah merasakannya. Namun penyesalan takkan mengubah apapun. Saya
tidak bisa menjaminnya, tapi saya yakin kita dapat mengubah kehidupan kita saat
ini dengan mengubah sikap dan pola pikir kita.
Mungkin
orang-orang terdahulu, juga tak jauh berbeda dengan keadaan kita saat ini.
Seperti prinsip stratigrafi geologi, bahwa “the present is the key to the
past”. Sekarang saya ajak kita semua berpikir, seandainya diantara kita ada
yang mengaku seorang utusan Tuhan, apakah kita akan mempercayainya begitu saja?
Terutama ketika sang utusan ini ingin mengubah tradisi, sikap, serta pola pikir
yang telah dianut selama bertahun-tahun lamanya?
Sebelum
membaca lebih lanjut, saya ingin saudara-saudara merenungkan sedikit cuplikan
diatas. Berikanlah pemahaman kalian mengenai hal diatas, bisa dalam hati tapi
akan lebih baik jika ditulis di kertas.
-------------------------------------------------------------------------------------
Apa
yang akan saya utarakan disini, mungkin akan kalian anggap salah. Sesat.
Mungkin kalian akan berhenti membaca sebelum menyelesaikannya karena menganggap
ini hanyalah omong kosong belaka. Karena mungkin kita memiliki pemahaman yang
berbeda, sudah sewajarnya jika ada yang “memusuhi” tulisan ini. Meski mungkin,
pada akhirnya kita memilih jalan yang berbeda, saya tidak masalah asal kita dapat
mempertanggungjawabkannya di akhirat nanti. Karena sebagian tulisan ini, adalah
pengetahuan yang telah saya kumpulkan setelah banyak membaca, merenungkan, dan
menyimpulkan berbagai kejadian mengenai kitab samawi.
-------------------------------------------------------------------------------------
Al-Qur’an
Kitab
Al-Qur’an, yang saat ini menjadi kitab pedoman bagi umat Muslim, adalah kitab
samawi terbaru, diantara kitab-kitab samawi lainnya. Berdasarkan isinya, kitab
ini memiliki berbagai nama dan gelar yang diberikan oleh para pakar Muslim, di
masa kini maupun lampau. Mungkin memang masih membutuhkan waktu untuk mengupas
semua kebenaran kitab ini, tapi kami yakin pasti tiba saatnya dimana semuanya
terungkap.
Berdasarkan
ilmu pengetahuan, tak sedikit ilmuwan, sejarawan, maupun teolog yang
membuktikan sendiri ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga mereka berbalik menekuni
kitab ini. Tentunya, hal ini juga berlaku bagi kitab-kitab samawi lain,
sehingga menimbulkan berbagai perdebatan sengit antar agama. Terlepas dari
berbagai sejarah terkumpulnya ayat-ayat Al-Qur’an, saat ini mari kita bahas
pokok dari Al-Qur’an tersebut.
Ummul Qur’an
Pembukaan
Al-Qur’an, dimulai dengan adanya Surah Al-Fatihah, yang dikatakan Ali’ sebagai
inti dari Al-Qur’an itu sendiri ketika melamar anak Rasul. Hal ini membuktikan
pengetahuan Ali’, bahwa ada perbedaan yang besar antara mereka yang mengerti
seluruh kitab dengan mereka yang hanya menghapal seluruh ayat Al-Qur’an tanpa
pemahaman yang pasti.
Yang
tidak diceritakan adalah, kenapa Surah Al-Fatihah ini menjadi inti dari
Al-Qur’an? Pertanyaan ini, memiliki berbagai macam jawaban, tergantung dari
pemahaman seorang individu. Dan selama dalam perjalanan saya, belum ada jawaban
yang memuaskan, hingga akhirnya saya menyimpulkannya bahwa “Al-Fatihah adalah
inti dari Al-Qur’an, maka ia adalah inti dari agama Islam juga”.
Mungkin
tidak banyak yang setuju dengan kesimpulan saya ini. Namun, saya mengambil
kesimpulan ini, bukan tanpa pertimbangan. Bukankah Islam sendiri didasarkan
pada Al-Qur’an? Itulah yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad, dan jikalau ada peraturan
yang belum ditetapkan dalam Al-Qur’an, barulah kita merujuk pada As-Sunnah.
Bukankah itu kenyataannya? Karena itu, jikalau inti dari Qur’an itu adalah
Surah Al-Fatihah, maka menurut saya tidaklah salah jika menyimpulkan bahwa inti
dari Islam adalah Surah Al-Fatihah itu sendiri.
Pengenalan Kepada Tuhan
Membahas
ayat-ayat yang terdapat dalam Surah Al-Fatihah, kali ini Tuhan memperkenalkan
dirinya dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih,Yang Maha Penyayang, Yang
Menguasai Seluruh Alam dan Yang Menguasai Hari Pembalasan. Berbeda dengan yang
lain, berdasarkan ayat-ayat dalam Surah Al-Fatihah, saya mengklasifikasikan
lima nama-nama Tuhan, yang mungkin dikenal dalam berbagai kitab (kemungkinan
besar dalam bahasa yang berbeda).
Mungkin
kita akan bertanya, dari berbagai nama-nama Tuhan di seluruh catatan sastra,
dari dulu hingga sekarang, mengapa hanya lima nama saja yang ia sebutkan dalam
pembukaan kitab Al-Qur’an? Kenapa bukan Yang Maha Pengampun, Yang Maha Cerdas,
ataupun nama-nama lainnya?
Percaya
atau tidak, ini adalah salah satu batu ujian bagi kita. Menurut saya,
kemungkinan besar kenapa Tuhan memilih lima nama tersebut adalah:
1. Karena nama tersebut sering ditulis dalam kitab sastra, sehingga siapapun yang membacanya akan langsung mengerti bahwa maknanya adalah Tuhan, walaupun berbeda dari segi bahasa.
2. Karena
dari dulu hingga sekarang Tuhan mengabarkan bahwa dialah pemilik Hari Kiamat.
3. Karena
Tuhan sudah sejak lama memperkenalkan dirinya sebagai pengatur seluruh alam
semesta.
4. Karena
Tuhan memilih Mekkah (kafilah Arab, yang saat itu terdiri atas berbagai suku) sebagai
tempat diturunkannya wahyu.
Saya
rasa kita semua setuju bahwa nama-nama seperti Yang Maha Penyayang, Yang Maha
Pengasih, Yang Menguasai Hari Kiamat dan Yang Menguasai Seluruh Alam merujuk
kepada Tuhan itu sendiri. Namun apakah nama Allah merujuk pada Tuhan? Ini
mungkin adalah pertanyaan yang sulit dijawab.
Perlu
kami akui bahwa, berdasarkan sedikit penelitian yang telah kami himpun,
nama-nama Tuhan sangat berbeda berdasarkan budaya dan bahasa masing-masing
kaum. Misalnya, dalam peradaban Mesir Kuno nama Tuhan dikenal sebagai Aton, dalam
bahasa Ibrani (Injil) nama Tuhan dikenal dengan nama Elohim, dalam Hindu nama Tuhan
dikenal sebagai Hyang, kemudian dalam Islam nama Tuhan dikenal sebagai Allah.
Mengapa
nama-nama Tuhan sangat berbeda, sedemikian rupa? Bukan hanya karena faktor
perbedaan zaman, budaya dan bahasa yang mempengaruhi ini, namun hal ini terjadi karena adanya unsur
kesengajaan yang dibuat Tuhan sendiri, kemungkinan besar untuk menguji
seluruh umat manusia.
“Dan jika Allah menghendaki, maka Ia jadikan
kamu sebagai satu kaum, namun Allah hendak menguji kamu..” (Ayat Qur’an)
“Orang
yang dapat menyatukan seluruh agama adalah orang yang hebat dan luar biasa”
(Kitab Jayabaya)
(Kitab Jayabaya)
3 Jalan
Dunia
Dalam
Surah Al-Fatihah ini juga, diberikan tiga jalan besar yang akan kita lalui,
yaitu jalan yang lurus, jalan yang dimurkai dan jalan yang sesat (ayat 7). Kita
semua pasti mengetahui tiga jalan ini. Kita semua juga pasti setuju bahwa
“jalan yang lurus” inilah yang harus ditempuh, sebuah jalan menuju kebenaran,
sebuah jalan menuju Tuhan.
Meski
tidak ada deskripsi mengenai jalan yang dimurkai dan jalan yang sesat, namun
Tuhan mendeskripsikan dengan jelas tentang makna jalan yang lurus. Secara jelas
Tuhan menuturkan, jalan yang lurus adalah jalan yang diberikan nikmat
didalamnya. Mengenai nikmat apa yang akan kita dapat nantinya, tidak dituturkan
lagi, tapi saya yakin kita setuju bahwa nikmat tersebut adalah hal baik bagi
seluruh orang yang mengikuti jalan ini. Dan bagaimana kita mendapatkan jalan
yang lurus? Tuhan secara langsung juga telah memberikan jawabannya, agar kita meminta untuk ditunjukkan jalan
yang lurus tersebut. (Ayat 6)
3 Perintah Utama + 1 Perintah
Dalam
inti Al-Qur’an ini, sebenarnya kita diberikan perintah pertama kita. Dan
perintah pertama itu bukanlah Sholat, maupun Puasa, ataupun berangkat Haji.
Perintah ini terdapat dalam ayat lima Surah Al-Baqarah, yaitu hanya menyembah Allah (Tuhan) dan hanya
meminta pertolongan pada Allah (Tuhan). Itulah dua perintah utama, sebelum
kalian melaksanakan ibadah lainnya. Jika dengan melaksanakan dua perintah ini
saja kalian tidak mampu, maka apakah kalian merasa mampu melakukan ibadah
lainnya?
Kata
“menyembah” disini memiliki berbagai definisi. Apapun definisi itu, asal
mengacu pada penyerahan, pengabdian
serta pengakuan diri pada Tuhan, tidak ada masalah bagi saya. Dalam hal
ini, cara “menyembah” Tuhan hampir dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan,
bukan hanya dalam sholat. Perintah pertama ini, adalah ujian pertama kita.
Kenapa? Karena kita cenderung memusatkan perhatian kita pada hal-hal yang kita
lihat, dengar dan rasa. Itulah kenyataannya. Sedangkan hal-hal yang tidak
terlihat, tidak terdengar, dan tidak terasa,
seperti Tuhan, sangat mudah lepas dari ingatan kita.
Yang
kedua adalah, hanya meminta pertolongan pada Allah. Secara umum kasusnya kurang
lebih sama seperti perintah pertama, namun agak lebih berat. Kita cenderung
meminta pertolongan orang lain, karena secara harfiah manusia adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup sendiri (menurut definisi sosiolog) dan mungkin
karena itu adalah sifat alami manusia. Kita
terbiasa meminta pada sesama manusia, ataupun kepada makhluk lain, karena kita merasa
bahwa mereka mampu membantu kita menghadapi permasalahan hidup yang sedang kita
alami. Bagaimana mungkin kita dapat meminta pada sesuatu yang belum pernah
kita lihat sebelumnya (Tuhan)?
Yang
ketiga adalah meminta petunjuk akan jalan yang lurus. Kita biasanya meminta
dalam perwujudan doa. Maka, doa yang
paling pertama saya anjurkan adalah meminta petunjuk akan jalan yang lurus
kepada Tuhan, karena ini termasuk perintah yang diberikan pada kita. Semoga
pada akhirnya kita diberikan nikmatnya jalan yang lurus, yang disebut dalam
Surah Al-Fatihah ini.
Satu
perintah lain, yang ibaratnya seperti sunnah mu’akkad, adalah memuji Tuhan.
Mungkin cukup sekian
ilmu yang bisa saya bagi kali ini. Semoga kita semua berada dalam lindungan
Tuhan. Dan apapun jalan yang kalian tempuh, semoga tetap menuju kepada jalan
yang lurus. See you in the next article!
0 comments:
Post a Comment