Disable Copying

Saturday, December 21, 2019

Kisah Nabi Adam berdasarkan Al-Qur’an 5

6. Pesan untuk Anak-Anak Adam (Bagian 1)
“Wahai anak-anak dari Adam, jangan biarkan Syaitan membujukmu (menggodamu) seperti dia mengeluarkan orang tuamu dari Surga, mengambil dari mereka pakaian mereka untuk menunjukkan kepada mereka bagian-bagian pribadi mereka. Sungguh, dia melihatmu, dia dan kaumnya, dari (tempat) dimana kamu tidak melihat mereka. Sungguh, Kami telah membuat para syaitan sebagai sekutu bagi mereka yang tidak percaya.

Dan ketika mereka berbuat kejahatan (ketidaksusilaan), mereka berkata “Kami menemukan bapak-bapak kami melakukannya dan Allah telah memerintahkan kami untuk melakukannya.” Katakanlah “Sungguh, Allah tidak memerintahkan kejahatan (ketidakasusilaan). Apakah kamu mengatakan mengenai Allah sesuatu yang kamu tidak ketahui?”

Katakanlah “Tuhanku telah memerintahkan keadilan dan agar kamu menegakkan (menjaga) dirimu sendiri di setiap tempat; sujud, dan memohon (meminta) kepada-Nya, tulus (jujur) kepada-Nya dalam agama.” Seperti dari-Nya kamu berasal, kamupun akan kembali (kepada-Nya).

Sebuah kelompok Dia beri petunjuk dan sebuah kelompok pantas (berada dalam) kesesatan (kesalahan). Sungguh, mereka telah mengambil para syaitan sebagai sekutu daripada Allah sementara mereka berpikir bahwa mereka diberi petunjuk.”
(Q.S Al-A’raaf ayat 27-30)   

Bagian ini adalah pesan untuk keturunan Adam, yang berlaku untuk seluruh masa. Agar mudah, mari kita telaah pesan ini dalam beberapa poin:

a. Kita diperintahkan untuk berhati-hati terhadap syaitan, walaupun kita tidak dapat melihat mereka. Disini juga diberi informasi bahwa syaitan melihat keturunan Adam dari tempat yang tidak bisa kita lihat. Dan bahwa siapapun yang mengikuti syaitan, maka mereka akan menjadi sekutu (teman) dari syaitan dan sekutu dari syaitan pasti adalah orang-orang yang tidak percaya.
Ilustrasi Ulama Su' (Palsu) yang menyesatkan umat.
b. Sepanjang sejarah, manusia memang cenderung melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Dari umat Nabi Musa, beliau telah memberikan Kitab Taurat, namun setelah masa yang panjang, terjadi penafsiran dan perubahan ayat-ayat dan hukum dalam kitab tersebut, sehingga manusia malah melakukan hal yang bertentangan dengan hukum Allah. Hal yang sama juga terjadi pada umat Nabi Daud yang diberikan Kitab Zabur, umat Nabi Isa yang diberikan Kitab Injil, dan umat Nabi Muhammad yang diberikan Kitab Al-Qur’an. Sehingga ketika mereka melakukan kejahatan, umat manusia pada masa itu tidak merasa bersalah, karena mereka menganggap bahwa hal itulah yang diperintahkan Tuhan dan karena bapak-bapak mereka telah melakukan hal tersebut, maka hal itu seperti sudah lumrah (biasa). Dan ketika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, mereka tidak mempercayainya dan lebih memilih kepercayaan mereka.  

c. Pada bagian ini kita juga melihat, bahwa yang diperintahkan Allah adalah menegakkan keadilan, menegakkan (menjaga) sujud (sholat) di setiap tempat, berdoa kepada-Nya dan tulus kepada-Nya mengenai agama. Dan kita harus juga mengingat, bahwa kita datang dari Allah, maka sudah sepantasnya kitapun kembali kepada Allah.

d. Disini kita juga diberitahu bahwa sebagian kelompok Allah beri petunjuk, namun sebagian lain pantas berada dalam kesesatan. Mengapa kelompok kedua pantas berada dalam kesesatan? Hal ini karena mereka lebih memilih syaitan sebagai teman daripada Allah, sementara mereka berpikir bahwa mereka mendapat petunjuk (coba simak kembali definisi teman syaitan dalam ayat ini, yaitu: mereka yang mengikuti syaitan dan orang-orang yang tidak percaya). Kelompok kedua ini kemungkinan begitu menyukai kehidupan duniawi, harta, kekuasaan, perbuatan maksiat, hal-hal yang dilarang dalam agama, namun lebih terutama menjadi pengikut jejak orang-orang terdahulu yang salah. Yang paling berbahaya adalah bagaimana cara berpikir mereka, bahwa dengan semua hal yang mereka perbuat di dunia dan doktrin/kepercayaan yang mereka ikuti, mereka merasa bahwa merekalah orang-orang yang diberi petunjuk. Ayat ini tidak hanya meliputi pemimpin negara atau raja-raja, namun termasuk juga ulama-ulama palsu (ulama su’).

0 comments: