“Wahai
anak-anak dari Adam, jangan biarkan Syaitan membujukmu (menggodamu) seperti dia
mengeluarkan orang tuamu dari Surga, mengambil dari mereka pakaian mereka untuk
menunjukkan kepada mereka bagian-bagian pribadi mereka. Sungguh, dia melihatmu,
dia dan kaumnya, dari (tempat) dimana kamu tidak melihat mereka. Sungguh, Kami
telah membuat para syaitan sebagai sekutu bagi mereka yang tidak percaya.
Dan
ketika mereka berbuat kejahatan (ketidaksusilaan), mereka berkata “Kami
menemukan bapak-bapak kami melakukannya dan Allah telah memerintahkan kami
untuk melakukannya.” Katakanlah “Sungguh, Allah tidak memerintahkan kejahatan
(ketidakasusilaan). Apakah kamu mengatakan mengenai Allah sesuatu yang kamu
tidak ketahui?”
Katakanlah
“Tuhanku telah memerintahkan keadilan dan agar kamu menegakkan (menjaga) dirimu
sendiri di setiap tempat; sujud, dan memohon (meminta) kepada-Nya, tulus
(jujur) kepada-Nya dalam agama.” Seperti dari-Nya kamu berasal, kamupun akan
kembali (kepada-Nya).
Sebuah
kelompok Dia beri petunjuk dan sebuah kelompok pantas (berada dalam) kesesatan
(kesalahan). Sungguh, mereka telah mengambil para syaitan sebagai sekutu
daripada Allah sementara mereka berpikir bahwa mereka diberi petunjuk.”
(Q.S Al-A’raaf ayat 27-30)
(Q.S Al-A’raaf ayat 27-30)
Bagian ini adalah pesan
untuk keturunan Adam, yang berlaku untuk seluruh masa. Agar mudah, mari kita
telaah pesan ini dalam beberapa poin:
a. Kita diperintahkan
untuk berhati-hati terhadap syaitan, walaupun kita tidak dapat melihat mereka.
Disini juga diberi informasi bahwa syaitan melihat keturunan Adam dari tempat yang
tidak bisa kita lihat. Dan bahwa siapapun yang mengikuti syaitan, maka mereka
akan menjadi sekutu (teman) dari syaitan dan sekutu dari syaitan pasti adalah orang-orang yang tidak percaya.
Ilustrasi Ulama Su' (Palsu) yang menyesatkan umat. |
b. Sepanjang sejarah,
manusia memang cenderung melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku. Dari umat Nabi Musa, beliau telah memberikan Kitab Taurat, namun
setelah masa yang panjang, terjadi penafsiran dan perubahan ayat-ayat dan hukum
dalam kitab tersebut, sehingga manusia malah melakukan hal yang bertentangan
dengan hukum Allah. Hal yang sama juga terjadi pada umat Nabi Daud yang
diberikan Kitab Zabur, umat Nabi Isa yang diberikan Kitab Injil, dan umat Nabi
Muhammad yang diberikan Kitab Al-Qur’an. Sehingga ketika mereka melakukan
kejahatan, umat manusia pada masa itu tidak merasa bersalah, karena mereka
menganggap bahwa hal itulah yang diperintahkan Tuhan dan karena bapak-bapak
mereka telah melakukan hal tersebut, maka hal itu seperti sudah lumrah (biasa).
Dan ketika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, mereka tidak
mempercayainya dan lebih memilih kepercayaan mereka.
c. Pada bagian ini kita
juga melihat, bahwa yang diperintahkan Allah adalah menegakkan keadilan,
menegakkan (menjaga) sujud (sholat) di setiap tempat, berdoa kepada-Nya dan
tulus kepada-Nya mengenai agama. Dan kita harus juga mengingat, bahwa kita
datang dari Allah, maka sudah sepantasnya kitapun kembali kepada Allah.
d. Disini kita juga
diberitahu bahwa sebagian kelompok Allah beri petunjuk, namun sebagian lain
pantas berada dalam kesesatan. Mengapa kelompok kedua pantas berada dalam kesesatan?
Hal ini karena mereka lebih memilih
syaitan sebagai teman daripada Allah, sementara mereka berpikir bahwa mereka
mendapat petunjuk (coba simak kembali definisi teman syaitan dalam ayat
ini, yaitu: mereka yang mengikuti syaitan dan orang-orang yang tidak percaya). Kelompok kedua ini kemungkinan
begitu menyukai kehidupan duniawi, harta, kekuasaan, perbuatan maksiat, hal-hal
yang dilarang dalam agama, namun lebih terutama menjadi pengikut jejak orang-orang terdahulu yang salah. Yang
paling berbahaya adalah bagaimana cara berpikir mereka, bahwa dengan semua hal
yang mereka perbuat di dunia dan doktrin/kepercayaan yang mereka ikuti, mereka
merasa bahwa merekalah orang-orang yang diberi petunjuk. Ayat ini tidak hanya
meliputi pemimpin negara atau raja-raja, namun termasuk juga ulama-ulama palsu (ulama su’).
0 comments:
Post a Comment