Disable Copying

Tuesday, February 17, 2015

Keraton Mangkunegaran

The Survival of a Culture
Oleh: Maulana Malik Fikri
Your first scene :0
Saat pulang, saya beserta Nasir dan Aris mengunjungi salah satu keraton yang berada di Solo, Jawa Tengah. Keraton ini masih ditinggali oleh seorang sultan, dan atas izinnya, menjadi salah satu cagar budaya. Sama seperti tempat-tempat lainnya, Keraton ini juga dianggap sakral. Masih banyak adat yang dilestarikan disini. Bagian depan Keraton ini berupa lapangan besar, dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi. Kemudian di dalamnya, kami disambut dengan aula yang luas, serta tempat guide. Disini para pengunjung diberikan guide, dan harus membayar tarif masuk.
Lebih sangar yang mana? Hehe..
Nasir dengan singanya
Aris with his pose :@
Guide yang kami dapatkan pada saat itu masih muda, mungkin masih SMA. Karena itu kami dengan cepat akrab, dengan beberapa senda gurau. Di bagian aula yang luas, biasanya digunakan sebagai tempat bermain alat musik tradisional dan menari. Mungkin untuk menyambut tamu. Terdapat berbagai hiasan di pilar-pilar serta atap aula, dan banyak patung singa yang dibuat disekitar aula ini. Di area ini, kami masih diizinkan berfoto.
Perhatikan lambang ini baik-baik
Kotak penyimpanan khas Jawa
Saat masuk ke bagian dalam, kami dapat melihat kasur sultan, mewah dengan hiasan tradisional, namun agak berbeda dengan adat Palembang. Disini, kami melihat adanya sesajen yang diberikan pada acara-acara khusus. Di area ini, kami dilarang berfoto, karena dianggap sebagai sesuatu yang pribadi. Seperti biasa, disekitar bagian ini, terdapat berbagai barang-barang mewah yang di dapat sultan sebagai hadiah. Diantaranya adalah perhiasan, guci, pernak-pernik, bahkan senjata.
My Lady :@
Khas Eropa :O
Senjata yang terlihat pada umumnya adalah pedang, pisau, samurai dan tombak. Entah mengapa tidak terdapat busur dan panah di tempat ini. Disini juga terdapat perhiasan bagi penari, berupa emas sebesar 24 karat. Memang, pada dasarnya di tempat ini lebih banyak hadiah dari Kerajaan Belanda daripada negara-negara lain, yang diberikan kepada Sultan Mangkunegaran IV, yang disebut-sebut sebagai masa kejayaan Mangkunegaran.
Perhatikan Lambang ini
Sebuah Arca
Keluar dari ruangan tersebut, kami melihat berbagai patung kuno, serta beberapa uang serta karya kuno, yang sangat mirip dengan yang ada di Pasar Triwindu. Tatanan lantai sudah tidak mencerminkan adat jawa lagi, mungkin lebih kepada seni Eropa. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah tempat yang cukup menarik untuk belajar sejarah serta adat budaya Jawa. 

0 comments: