The Survival of a Culture
Oleh: Maulana Malik Fikri
|
Your first scene :0 |
Saat
pulang, saya beserta Nasir dan Aris mengunjungi salah satu keraton yang berada
di Solo, Jawa Tengah. Keraton ini masih ditinggali oleh seorang sultan, dan
atas izinnya, menjadi salah satu cagar budaya. Sama seperti tempat-tempat
lainnya, Keraton ini juga dianggap sakral. Masih banyak adat yang dilestarikan
disini. Bagian depan Keraton ini berupa lapangan besar, dikelilingi oleh
tembok-tembok tinggi. Kemudian di dalamnya, kami disambut dengan aula yang
luas, serta tempat guide. Disini para pengunjung diberikan guide, dan harus
membayar tarif masuk.
|
Lebih sangar yang mana? Hehe.. |
|
Nasir dengan singanya |
|
Aris with his pose :@ |
Guide
yang kami dapatkan pada saat itu masih muda, mungkin masih SMA. Karena itu kami
dengan cepat akrab, dengan beberapa senda gurau. Di bagian aula yang luas,
biasanya digunakan sebagai tempat bermain alat musik tradisional dan menari.
Mungkin untuk menyambut tamu. Terdapat berbagai hiasan di pilar-pilar serta
atap aula, dan banyak patung singa yang dibuat disekitar aula ini. Di area ini,
kami masih diizinkan berfoto.
|
Perhatikan lambang ini baik-baik |
|
Kotak penyimpanan khas Jawa |
Saat
masuk ke bagian dalam, kami dapat melihat kasur sultan, mewah dengan hiasan
tradisional, namun agak berbeda dengan adat Palembang. Disini, kami melihat adanya
sesajen yang diberikan pada acara-acara khusus. Di area ini, kami dilarang
berfoto, karena dianggap sebagai sesuatu yang pribadi. Seperti biasa, disekitar
bagian ini, terdapat berbagai barang-barang mewah yang di dapat sultan sebagai
hadiah. Diantaranya adalah perhiasan, guci, pernak-pernik, bahkan senjata.
|
My Lady :@ |
|
Khas Eropa :O |
Senjata
yang terlihat pada umumnya adalah pedang, pisau, samurai dan tombak. Entah
mengapa tidak terdapat busur dan panah di tempat ini. Disini juga terdapat
perhiasan bagi penari, berupa emas sebesar 24 karat. Memang, pada dasarnya di
tempat ini lebih banyak hadiah dari Kerajaan Belanda daripada negara-negara
lain, yang diberikan kepada Sultan Mangkunegaran IV, yang disebut-sebut sebagai
masa kejayaan Mangkunegaran.
|
Perhatikan Lambang ini |
|
Sebuah Arca |
Keluar
dari ruangan tersebut, kami melihat berbagai patung kuno, serta beberapa uang
serta karya kuno, yang sangat mirip dengan yang ada di Pasar Triwindu. Tatanan
lantai sudah tidak mencerminkan adat jawa lagi, mungkin lebih kepada seni
Eropa. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah tempat yang cukup menarik untuk
belajar sejarah serta adat budaya Jawa.
0 comments:
Post a Comment