1.
5. Kisah Nabi Adam di Surga
“Dan
Kami pastinya telah menciptakanmu dan memberimu bentuk. Kemudian Kami
mengatakan kepada para malaikat “Bersujudlah kepada Adam”; maka mereka
bersujud, kecuali untuk Iblis. Dia tidak termasuk dari mereka yang bersujud.
(Allah)
mengatakan “Apa yang menghalangimu dari
bersujud ketika Aku memerintahkan kepadamu?” (Iblis) menjawab “Aku lebih baik
darinya. Engkau menciptakanku dari api dan menciptakan dia dari tanah liat.”
(Allah)
mengatakan “Turunlah dari Surga, karena itu tidaklah untukmu untuk menjadi
sombong. Maka keluarlah; sungguh kamu termasuk dari yang direndahkan.”
(Iblis)
mengatakan “Tangguhkanlah hukumanku hingga Hari dimana mereka dibangkitkan.”
(Allah)
mengatakan “Sungguh, kamu termasuk dari mereka yang diberi penangguhan
hukuman.”
(Iblis)
mengatakan “Karena Engkau telah menaruhku dalam kesesatan (kesalahan), Aku
pasti akan duduk menunggu untuk mereka dalam jalan lurus-Mu.
Kemudian
Aku akan datang kepada mereka dihadapan mereka dan dari belakang mereka dan
dari kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan menemukan kebanyakan dari
mereka bersyukur.”
(Allah)
mengatakan “Keluarlah dari Surga, tercela dan terbuang (terusir). Siapapun yang
mengikutimu diantara mereka – Aku pasti akan mengisi Neraka denganmu,
semuanya.”
Dan
“Wahai Adam, tinggallah, kamu dan istrimu, dalam Surga dan makan dari manapun
yang kamu inginkan tetapi janganlah mendekati pohon ini, atau kamu akan menjadi
yang berbuat salah.”
Tetapi
Syaitan berbisik kepada mereka untuk membuat jelas kepada mereka yang
tersembunyi dari mereka dari bagian-bagian pribadi mereka. Dia mengatakan
“Tuhanmu tidak melarangmu pohon ini kecuali agar kamu menjadi malaikat atau
menjadi dari yang abadi.”
Dan
dia bersumpah kepada mereka “Sungguh, aku untukmu dari mereka yang memberi
saran yang tulus (jujur).”
Maka
dia membuat mereka jatuh, melalui penipuan (tipu daya). Dan ketika mereka
mencicipi dari pohon itu, bagian-bagian pribadi mereka menjadi jelas kepada
mereka, dan mereka mulai mengikat dengan kencang diseluruh diri mereka dari
daun-daun Surga. Dan Tuhan mereka memanggil mereka “Bukankah Aku telah
melarangmu dari pohon itu dan memberitahumu bahwa Syaitan itu, untukmu, seorang
musuh yang jelas?”
Mereka
mengatakan “Tuhan kami, kami telah menyalahi (menzalimi) diri kami sendiri, dan
jika Engkau tidak memaafkan kami dan memberi ampunan kepada kami, kami pasti
akan termasuk dari mereka yang kalah.”
(Allah)
mengatakan “Turunlah, menjadi musuh satu sama lainnya. Dan untukmu di bumi
adalah sebuah tempat tinggal dan kesenangan untuk suatu waktu.”
Dia
mengatakan “Disanalah kamu akan hidup dan disanalah kamu akan mati dan
darinyalah kamu akan dibangkitkan.”
(Q.S Al-A’raaf ayat 11-25)
(Q.S Al-A’raaf ayat 11-25)
Kisah kali ini cukup
panjang, maka kita akan membaginya dalam beberapa bagian:
1. Alasan Iblis menolak bersujud kepada Adam
Disini terdapat pengulangan dimana malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam, namun Iblis menolak. Hal ini mengokohkan fakta bahwa Iblis termasuk dari bagian para malaikat saat itu. Sehingga cerita “The Fallen Angel” (Malaikat yang Terjatuh) dalam kepercayaan umat Nasrani masih selaras dengan Al-Qur’an.
Disini terdapat pengulangan dimana malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam, namun Iblis menolak. Hal ini mengokohkan fakta bahwa Iblis termasuk dari bagian para malaikat saat itu. Sehingga cerita “The Fallen Angel” (Malaikat yang Terjatuh) dalam kepercayaan umat Nasrani masih selaras dengan Al-Qur’an.
Bagian paling menarik
dalam kisah ini adalah alasan Iblis dalam menolak perintah Allah dengan
mengatakan: “Aku lebih baik darinya” dan dilanjutkan dengan “Engkau
menciptakanku dari Api dan menciptakan dia dari Tanah.” Jika kita telaah lagi dari ayat-ayat
sebelumnya (Surah Al-Baqarah ayat 30) maka terdapat perbandingan antara
malaikat dengan manusia yaitu “Apakah Engkau akan menaruh didalamnya
sesuatu yang membuat kehancuran didalamnya dan menumpahkan darah, sementara
kami memuji-Mu dan mensucikan-Mu?”
Dari hal diatas, kita
bisa menarik kesimpulan bahwa terjadi
konflik antar makhluk saat itu, dimana malaikat merasa diri mereka lebih
baik (superior) dari manusia. Contoh
paling konkret untuk memahami hal ini adalah dengan melihat rasisme (racism). Dahulu, orang kulit putih
merasa lebih baik daripada orang kulit hitam dan ini didasari oleh sekedar
perbedaan warna kulit (bahkan hingga tahap peperangan maupun perbudakan). Hal
yang sama juga bisa diinterpretasikan antara malaikat dan manusia saat itu,
maka Iblis menjawab melalui asal muasal penciptaan malaikat (Api) dan manusia
(Tanah).
Alasan kedua adalah
bukti bahwa malaikat mengetahui sifat manusia yang membuat kehancuran dan
menumpahkan darah. Dibandingkan dengan manusia, malaikat lebih baik karena
mereka terus memuji dan mensucikan Tuhan. Perbandingan ini juga bisa menjadi
faktor atas konflik antar manusia dan malaikat saat itu. Dari alasan diatas,
maka Iblis mengatakan bahwa dia
(malaikat) lebih baik daripada Adam (manusia).
2. Perjanjian antara
Allah dan Iblis
Karena Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam dan setelah dia mengemukakan alasan penolakannya, jelas terlihat kesombongan didalam dirinya. Maka dari itu Allah mengeluarkan Iblis dari Surga dan merendahkannya. Yang dimaksud “merendahkan” disini mungkin lebih dekat dengan penurunan derajat atau posisi (dalam ajaran Nasrani, Iblis sebelumnya adalah malaikat dengan kedudukan tinggi).
Karena Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam dan setelah dia mengemukakan alasan penolakannya, jelas terlihat kesombongan didalam dirinya. Maka dari itu Allah mengeluarkan Iblis dari Surga dan merendahkannya. Yang dimaksud “merendahkan” disini mungkin lebih dekat dengan penurunan derajat atau posisi (dalam ajaran Nasrani, Iblis sebelumnya adalah malaikat dengan kedudukan tinggi).
Bagian yang cukup
menarik dalam kisah ini adalah bahwa Iblis meminta penangguhan untuk hukumannya
hingga Hari Kebangkitan dan permintaan ini dikabulkan oleh Allah. Dari hal ini,
maka bisa dihitung bahwa pengusiran dari Surga, penurunan kedudukannya hingga
kutukan yang ada padanya bukan merupakan hukuman untuk Iblis bagi Allah.
Karena pada hari itu
Iblis disalahkan, maka ia berjanji akan menunggu umat manusia dan datang kepada
mereka dari depan, belakang, kanan dan kiri, kemudian akan membuat banyak dari manusia tidak bersyukur. Pernyataan Iblis
tersebut malah membuatnya semakin tercela dan terusir dari Surga. Sebagai
gantinya, Allah berkata bahwa siapapun
yang mengikuti Iblis, maka mereka semua akan menjadi isi dari Neraka
(tinggal dalam Neraka).
3. Penipuan Adam dan Istrinya di Surga
Kita semua tahu bahwa Adam dan istrinya diperbolehkan tinggal di Surga. Mereka diberikan kebebasan untuk memilih makanan di Surga, kecuali dari satu pohon. Dengan kata lain, Adam dan istrinya saat itu hanya memiliki satu hukum (larangan) dan diberikan kebebasan yang luas.
3. Penipuan Adam dan Istrinya di Surga
Kita semua tahu bahwa Adam dan istrinya diperbolehkan tinggal di Surga. Mereka diberikan kebebasan untuk memilih makanan di Surga, kecuali dari satu pohon. Dengan kata lain, Adam dan istrinya saat itu hanya memiliki satu hukum (larangan) dan diberikan kebebasan yang luas.
Namun kemudian syaitan
datang kepada Adam dan istrinya untuk memakan buah dari pohon terlarang itu. Siapakah
syaitan tersebut? Apa yang dimaksud dengan syaitan? Dan menariknya, bagaimana
syaitan bisa tahu bahwa buah terlarang tersebut akan menunjukkan kepada Adam
dan istrinya bagian-bagian pribadi mereka? Buah apa yang bisa menyebabkan Adam
dan istrinya untuk menunjukkan bagian-bagian pribadi mereka?
Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin membutuhkan waktu dan seluruh cerita untuk
bisa dijawab.
Kemudian syaitan
mengatakan “Tuhanmu tidak melarang pohon ini kecuali agar kamu menjadi malaikat
atau menjadi yang abadi” dan ditambah dengan sumpah “Sungguh aku untukmu adalah
dari mereka yang memberi saran yang tulus (jujur).”
Jika kita menganalisa
ayat ini lebih lanjut, kita bisa mengetahui identitas Syaitan dengan melihat
satu fakta yaitu: Syaitan ini mengetahui
akibat dari memakan buah terlarang tersebut. Dan yang mengetahui berbagai
hal sebelum Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam adalah para malaikat. Maka besar kemungkinan bahwa yang dimaksud
“Syaitan” disini berasal dari kalangan malaikat.
Bujukan Syaitan kepada
Adam juga harus kita perhatikan dengan seksama. Mengapa Adam dan istrinya
terbujuk dengan iming-iming menjadi “malaikat” atau menjadi yang “abadi”? Jika kita menarik garis lurus dengan konflik rasisme
antara malaikat dengan manusia sebelumnya, maka sebagai kaum minoritas saat
itu, apa yang akan anda lakukan jika mendapat tawaran yang sama?
Disini saya memiliki
dua spekulasi, yang pertama menurut saya jawaban yang paling logis mengapa Adam
dan istrinya menerima tawaran tersebut adalah: bahwa mereka ingin diterima. Mereka ingin diterima sebagai sesama
makhluk Tuhan dan menghilangkan konflik rasisme antar malaikat dan manusia
dengan bergabung menjadi malaikat. Yang kedua: bahwa mereka ingin kekuatan lebih. Bagian bujukan Syaitan yang
merujuk “menjadi yang abadi” sangat mungkin adalah sesuatu yang setara atau
lebih dari malaikat, bahkan hingga tingkat menjadi petinggi malaikat atau
Tuhan.
Sehingga akhirnya,
ketika Adam dan istrinya memakan buah dari pohon itu, menjadi jelaslah
bagian-bagian pribadi mereka, kemudian mereka mulai mengikat dengan kencang
dari daun-daun Surga. Dan pada titik inilah Syaitan membuat mereka jatuh
melalui tipu daya, padahal sebelumnya dia mengatakan bahwa dia adalah yang
memberi saran yang tulus (jujur).
Buah apa yang bisa
membuat Adam dan istrinya menjadi jelas bagian pribadi mereka sehingga mereka
harus menutupi diri dengan mengikat kencang dari daun-daun Surga? Ini spekulasi
saya, namun kemungkinan besar buah itu adalah buah yang memabukkan. Kita semua
mengetahui bagaimana efek orang mabuk di dunia ini. Efeknya cukup beragam,
namun paling banyak adalah kasus kekerasan (marah, pukul, dsb) dan seksual
(pemerkosaan, pelecehan, dsb) dalam keadaan setengah sadar maupun tidak sadar.
Sedangkan dalam kasus Adam dan istrinya, kemungkinan menyangkut dua kasus
tersebut, karena mereka kehilangan atau kerusakan baju dari yang sebelumnya
mereka kenakan (sehingga mereka harus mengambil daun-daun Surga untuk menutupi
diri mereka). Namun kemungkinan lain juga, bahwa Syaitan telah mengambil dan
menyembunyikan sisa dari baju mereka saat mereka tidak sadar.
Catatan:
Jika kita cermati, maka sifat Syaitan disini adalah penipu. Ia membuat suatu kebohongan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau ia memanipulasi suatu informasi sehingga informasi tersebut menjadi salah. Maka, jika seseorang sering berbohong, berhati-hatilah karena berbohong dan menipu adalah sifat syaitan. Selain itu, Syaitan akan langsung hilang/pergi setelah mereka berhasil menipu, sehingga saat kita ada masalah, maka merekalah orang-orang yang paling pertama akan menghilang (kabur/lari). Dan disini kita juga belajar bahwa Syaitan tidak hanya berasal dari golongan manusia saja, namun juga bisa berasal dari golongan malaikat.
Jika kita cermati, maka sifat Syaitan disini adalah penipu. Ia membuat suatu kebohongan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau ia memanipulasi suatu informasi sehingga informasi tersebut menjadi salah. Maka, jika seseorang sering berbohong, berhati-hatilah karena berbohong dan menipu adalah sifat syaitan. Selain itu, Syaitan akan langsung hilang/pergi setelah mereka berhasil menipu, sehingga saat kita ada masalah, maka merekalah orang-orang yang paling pertama akan menghilang (kabur/lari). Dan disini kita juga belajar bahwa Syaitan tidak hanya berasal dari golongan manusia saja, namun juga bisa berasal dari golongan malaikat.
4. Perintah Turun dari
Surga oleh Allah pada Adam dan Istrinya.
Setelah Adam dan istrinya mengikat tubuh mereka dengan dedaunan surga, mereka dipanggil oleh Allah. Telah menjadi jelas kondisi mereka dihadapan Allah dan Allah mengetahui bahwa mereka telah melanggar satu-satunya larangan yang telah ditetapkan-Nya. Maka Allah berkata kepada mereka “Bukankah Aku telah melarangmu dari pohon itu dan memberitahu kepadamu bahwa Syaitan, bagimu, adalah musuh yang nyata?”
Setelah Adam dan istrinya mengikat tubuh mereka dengan dedaunan surga, mereka dipanggil oleh Allah. Telah menjadi jelas kondisi mereka dihadapan Allah dan Allah mengetahui bahwa mereka telah melanggar satu-satunya larangan yang telah ditetapkan-Nya. Maka Allah berkata kepada mereka “Bukankah Aku telah melarangmu dari pohon itu dan memberitahu kepadamu bahwa Syaitan, bagimu, adalah musuh yang nyata?”
Kemudian Adam dan
istrinya menjawab “Tuhan kami, kami telah menyalahi diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak memaafkan kami dan memberi ampunan kepada kami, maka kami akan
termasuk dari mereka yang kalah.” Di titik inilah Adam dan istrinya meminta
ampunan dari Tuhan.
Setelah Adam dan
istrinya meminta ampunan dari Tuhan, mereka diperintahkan untuk turun dari
Surga menuju Bumi. Perintah ini juga merupakan ketetapan (peraturan) yang telah
Tuhan buat untuk seluruh umat manusia. Perintah untuk turun ini dapat dibaca
sbb:
(Allah) mengatakan
“Turunlah, menjadi musuh satu sama lainnya. Dan untukmu di bumi adalah sebuah
tempat tinggal dan kesenangan untuk suatu waktu.”
Dia mengatakan
“Disanalah kamu akan hidup dan disanalah kamu akan mati dan darinyalah kamu
akan dibangkitkan.”
Dari ayat diatas, maka
dapat dipastikan beberapa ketetapan manusia di bumi, yaitu:
a. Manusia akan menjadi musuh satu sama lainnya di bumi
b. Terdapat tempat tinggal untuk manusia di bumi
c. Terdapat kesenangan untuk suatu waktu di bumi
d. Di bumilah manusia akan hidup
e. Di bumilah manusia akan mati
f. Di bumilah manusia akan dibangkitkan
a. Manusia akan menjadi musuh satu sama lainnya di bumi
b. Terdapat tempat tinggal untuk manusia di bumi
c. Terdapat kesenangan untuk suatu waktu di bumi
d. Di bumilah manusia akan hidup
e. Di bumilah manusia akan mati
f. Di bumilah manusia akan dibangkitkan
Catatan:
Perlu diingat disini, bahwa manusia sejatinya tidak bersalah karena mereka ditipu. Namun karena mengikuti penipuan itu, mereka malah melanggar satu-satunya larangan dari Tuhan dan dari situ, mereka dihukum. Hal ini juga banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat lainnya, misalnya karena mempercayai ajaran agama yang salah atau mempercayai berita yang belum jelas kebenarannya. Jika mengikuti penipuan tersebut, maka manusia itu akan dihukum pula karena mereka telah mengikuti yang tidak benar.
Perlu diingat disini, bahwa manusia sejatinya tidak bersalah karena mereka ditipu. Namun karena mengikuti penipuan itu, mereka malah melanggar satu-satunya larangan dari Tuhan dan dari situ, mereka dihukum. Hal ini juga banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat lainnya, misalnya karena mempercayai ajaran agama yang salah atau mempercayai berita yang belum jelas kebenarannya. Jika mengikuti penipuan tersebut, maka manusia itu akan dihukum pula karena mereka telah mengikuti yang tidak benar.
Selain itu, perlu kita
tekankan disini, bahwa manusia hanya
akan hidup, mati dan dibangkitkan di bumi. Maka tidak mungkin manusia bisa
hidup di langit, di dalam air, ataupun langsung masuk ke surga. Ketentuan ini
meliputi semua manusia, termasuk para nabi. Sehingga tidak benar jikalau Nabi
Isa tinggal diatas langit saat ini dan belum meninggal dan akan hadir sebelum
hari kiamat nanti. Juga tidak benar berita mengenai Nabi Idris, yang pergi ke
Surga karena sendal tertinggal disana, padahal beliau belum meninggal di dunia.
Maka, hadist-hadist yang menyatakan seperti diatas adalah palsu, karena tidak
sesuai dengan ketetapan Allah saat menurunkan manusia ke bumi.
0 comments:
Post a Comment