Disable Copying

Find it in Pantai Menganti!

A beach paradise full of unknown wonders :)

Waduk Mrica

Great photos, great pictures, great moments :)

@Banyumas

Look down there, there might be lives living in peace :)

Candi Prambanan

Indonesia's exclusive paradise for archeological adventures.

6th Sainsation

An exciting English Debate Competition in UNSOED Engineering Faculty!

Tuesday, November 10, 2015

Survey GOC di Desa Karangpari

Saya beserta beberapa koor
Sudah beberapa waktu berlalu, saat itu Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi UNSOED ingin mengadakan Geology Open Challenge (GOC). Setelah dipilih Ketua Pelaksana (KP), KP juga memilih koor-koor yang akan membantunya menyelenggarakan acara ini. Sebenarnya acara GOC ini dimasukkan dalam rangkaian acara Dies Natalies HMTG sekaligus, sehingga kami benar-benar harus mempersiapkan segala sesuatu dengan matang.
Bunga yang ditemukan di daerah tersebut
Bunga di sekitar rumah penduduk
Saat itu saya hanyalah seorang staff di divisi acara. Kami mulai membuat tema serta konsep acara, hingga akhirnya mengambil tema “Manifestasi Panas Bumi serta Potensinya”. Kami mengambil lapangan yang tidak biasa, berupa lapangan TA salah satu alumni kami yang berada di Desa Karangpari, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. Setelah beberapa waktu, akhirnya kami berangkat menuju lokasi untuk survey lapangan sekaligus mencari titik sumber panasnya.
Bebek yang terlihat di sekitar lokasi
Perjalanan dari Purbalingga menuju Brebes kurang lebih 3 jam menggunakan motor. Ternyata Desa Karangpari adalah desa kecil dengan penduduk yang mayoritas berbahasa Sunda. Sulit sekali mencari warung makan di situ, bahkan tidak ada sinyal sama sekali (namun saat ini XL dan Simpati bisa dipakai disana atau harus pergi ke puncak untuk mencari sinyal). Saat itu cuaca agak mendung, sehingga saat kita sampai disana, kami harus meneduh sebentar karena hujan. Setelah agak cerah, kami melanjutkan survey dengan menelusuri sungai di daerah tersebut. Kami melewati berbagai singkapan menarik, perlapisan dengan struktur dan sesar di daerah tersebut.
Ravael menanti hujan #Abaikan
Bebek di sungai
Perjalanan kami lanjutkan hingga sore hari, karena kami mengejar waktu sekaligus mem-plotting tempat manifestasi panas buminya. Sore itu cuaca mulai mendung dan hujan kembali. Takut bahwa sungai akan melebar dan mungkin arusnya menjadi semakin kuat, kami mulai berpikir untuk memotong kontur (melewati bukit). Namun karena hujan, tanah menjadi licin dan kami hampir jatuh karena lereng yang terjal. Saat itu saya sendiri juga tersengat tawon, entah tawon tersebut sengaja atau tidak. Karena gagal, kami memutuskan untuk menyusuri sungai kembali dan mencari jalan keluar.
Menyusur sungai dengan Mas Beri dan Mas Idai
Menyusur sungai melewati singkapan
Setelah keluar dari sungai, kami tiba di suatu persawahan dan beruntungnya bertemu salah seorang penduduk yang menunjukkan jalan menuju desa terdekat. Saat itu sudah menjelang maghrib, kamipun bergegas untuk segera pulang. Namun, kami berada di desa tetangga, yang letaknya (jika jalan kaki) agak jauh dari desa Karangpari dimana kami menitipkan motor. Suasana saat itu ‘hectic’ sekali karena kami tidak tahu harus meminta bantuan siapa agar sampai di desa sebelah.
Terlihat adanya struktur sesar
Berfoto di sungai
Lambat laun kami memutuskan untuk berjalan mendaki bukit agar sampai di desa Karangpari. Namun kami sudah kelelahan karena sudah berjalan jauh dari tadi pagi. Kemudian, kami memutuskan agar salah satu rekan kami pergi bersama warga untuk mengambil motornya, dan menjemput bergantian. Saat duduk-duduk, sebuah mobil pickup melintas dan berhenti di dekat kami. Ternyata pickup itu juga sedang menuju desa Karangpari. Sebuah keajaiban memang, bahwa kami dapat segera pergi menuju desa tersebut dengan bantuan pickup.
Singkapan batuan yang terlihat
Setelah sampai di masjid dimana kami menitipkan sepeda motor, kami melepas lelah sejenak. Kemudian kami segera berangkat pulang menuju Purbalingga kembali. Karena sudah lelah, beberapa dari kami ada yang tertinggal. Sebagian beristirahat di warung sambil ‘ngopi’, sebagian lain terus melanjutkan perjalanan hingga sampai kosan. Waktu itu teman saya juga sampai tertidur saat berkendara, sehingga saya harus memijatnya agar dia tetap bangun. Syukurlah kami tidak kecelakaan. Saat itu kami sampai di kosan sekitar jam 11 malam. Sebagian lain sampai di kosan jam 1 atau 2 pagi. Bayangkan saja, kami survey dari jam 8 hingga jam 11 malam! Benar-benar satu hari full di lapangan. Mungkin survey ini adalah pengalaman survey paling berbahaya yang pernah saya alami, walau sangat mengasyikkan dalam prosesnya. Akhirnya, kami tidur pulas dan keesokan harinya melewati kuliah. :)
Sesar yang terlihat
Di lain waktu, kami juga mengadakan survey pleno yang diikuti oleh seluruh panitia. Saat itu kami membagi tugas berdasarkan jobdesk divisi masing-masing. Namun untuk survey ini, tidak seseram seperti saat survey pertama. Sekian cerita dari saya, foto-foto dibawah ini adalah hasil dari survey kami. Selamat menikmati!
Panitia melakukan survey
Calon Endapan Sungai
Seorang warga yang sholat di atas batu


Sunday, November 8, 2015

Documentation of Geology Open Challenge 2015

Peserta berfoto di depan kampus
Geology Open Challenge (GOC) adalah sebuah lomba pemetaan yang diselenggarakan oleh HMTG “dr.bumi” UNSOED. Tema tahun ini adalah “Manifestasi Panas Bumi beserta Potensinya”, bertempat di desa Karangpari dan Baturraden, yang telah selesai dilaksanakan pada tanggal 10 September 2015 kemarin. Peserta yang mengikuti lomba pemetaan ini berasal dari geologi UNDIP, ITB, ITAITS, AKPRIND, UGM, UNSOED dan UNPAD. Pada acara ini kami juga saling mengenal sesama mahasiswa geologi dari universitas lain.
Pencarian data lapangan
Peserta mengambil data lapangan
Tak lupa kami ucapkan terimakasih untuk semua sponsor, dosen serta alumni yang telah banyak membantu kami dalam membuat acara ini. Gambaran umum GOC ini, berupa pengambilan data selama 3 hari di lapangan, 1 hari pengolahan data, 1 hari presentasi dan 1 hari refreshing, talkshow dan closing. Pada acara ini seluruh akomodasi, transportasi dan makan peserta ditanggung oleh panitia.
Berfoto di masjid setelah pengambilan data lapangan
Tahap Pengolahan Data
Dalam acara ini, saya sendiri di plot sebagai Liason Officer (LO) dari tim ITB. Hal ini cukup menantang karena saya harus bisa menjawab berbagai pertanyaan dari peserta serta memenuhi keperluan peserta selama acara berlangsung. Sebagai LO saya juga bertanggung jawab untuk menjaga kondisi peserta agar tetap sehat, adanya masukan atau keluhan untuk panitia yang nantinya akan dibahas saat evaluasi.
Tahap Presentasi
Dengan menjadi LO, saya merasa seakan saya mendapatkan teman baru. Disini saya bertukar cerita dengan mereka, bagaimana sistem belajar di ITB, organisasinya, kehidupan anak kos disana serta berbagai hal lainnya. Hal ini memungkinkan saya untuk membuka ‘link’ menuju ITB.
Tahap Refreshing
Mungkin kesulitan LO selama acara adalah cara menjawab pertanyaan peserta, terutama yang sangat berhubungan dengan masalah teknis. Karena itu, sebagai LO kita harus menguasai seluruh agenda acara. Selain itu, LO juga harus terus memantau peserta jikalau mereka ada kesulitan ataupun ada keluhan untuk panitia, agar ke depannya kesalahan yang sama tidak akan terulang.  
Menanyakan keadaan peserta
Saya sebagai LO ITB

Friday, August 14, 2015

Fieldtrip Petrologi

Study of Minerals in Stones
Oleh: Maulana Malik Fikri
Semacam struktur dalam batuan beku
Petrologi adalah ilmu yang mempelajari mineral-mineral yang ada dalam suatu batuan. Ilmu ini cukup penting karena digunakan untuk mengidentifikasi batuan. Batuan memiliki kandungan mineral yang berbeda-beda dan tergantung jumlah yang terdapat di dalamnya. Fieldtrip kali ini akan cukup melelahkan, karena lokasi stopsitenya yang cukup jauh dari Purbalingga. Kali ini, kami akan berangkat ke daerah Jogja – Klaten.
Suatu singkapan dengan struktur mengulit bawang
Seingat saya saat itu kita berangkat dari jam 11:30 malam. Perjalanan panjang itu tidak terasa karena kebanyakan dari kami tertidur di bis. Kami tiba di Klaten dan menuju Bayat. Disana, kami mendapatkan empat stopsite. Kami harus mengambil sampel dan mengidentifikasi jenis batuan apa itu dari mineral yang terlihat. Hal ini agak sulit dilakukan dalam beberapa stopsite karena singkapan yang lapuk. Disini kami juga ditunjukkan suatu batuan yang memiliki kandungan fossil. Setelah seharian belajar di lapangan, kami menuju ke penginapan kami di Jogja. Malam itu ada kebanyakan orang jalan-jalan menyusuri Jogja. Sebagian lagi ada yang membeli oleh-oleh.
Batuan Sedimen, Sungai dan Batuan Beku
Keesokan harinya, kami mulai mencari stopsite di Jogja, dimana kami diperlihatkan singkapan batuan sedimen dan singkapan batuan beku yang dibatasi oleh sebuah sungai kecil. Disitu kami mengambil sampel dan mulai mendeskripsikan singkapan yang terlihat. Kami juga melihat singkapan batuan beku dan dosen memperlihatkan kepada kami mengenai struktur radial. Kemudian kami menuju singkapan lain, yang katanya adalah salah satu singkapan tertua di Indonesia.
Mendeskripsikan singkapan di lapangan
Mengambil sampel batuan dengan palu geologi
Struktur radial pada batuan beku
Saat itu hari sudah menjelang sore. Setelah berhenti sejenak di Ambarketawang, kami semua kembali menuju Purbalingga. Sepanjang perjalanan saya secara iseng mengambil foto anak-anak yang sedang tidur di bis, hehehe… Foto-foto itu bisa anda lihat di bawah :@:@:@
Arya
Yohannes
Wildan
Joe

Fieldtrip Petrografi

Advanced Studies of Minerals in Stones
Oleh: Maulana Malik Fikri
Terlihat seperti adanya struktur xenolith
Kembali lagi pada masa-masa kuliah saya, kali ini saya akan membahas mengenai Fieldtrip Petrologi kami. Petrografi adalah bidang ilmu yang mempelajari mineral-mineral yang terdapat dalam suatu sayatan batuan. Ilmu petrografi sangat mirip dengan ilmu petrologi secara umum, bedanya hanya terdapat pada sayatan batuan. Ilmu petrografi sangat dibutuhkan untuk memastikan mineral yang dikandung pada suatu sampel batuan. Selain untuk identifikasi batuan, hal ini juga membantu apabila terjadi altrasi pada batuan sehingga kita dapat memperkirakan jenis endapan mineral apa yang terbentuk di daerah tersebut.
Bongkahan yang sudah lapuk
Fieldtrip kali ini akan dilaksanakan di sekitar daerah Karangsambung di Kebumen. Seperti biasa, kami berangkat pagi-pagi sekali dari kampus menggunakan bus. Kali ini, kami dibagi per kelompok dan diberi tugas. Masing-masing kelompok harus mencari sampel suatu batuan. Kelompok saya harus mencari sampel kuarsit.
Semacam singkapan batugamping kristalin
Perjalanan dimulai dan kami menuju pada stopsite-stopsite tertentu. Stopsite pertama cukup jelek karena harus melewati sungai yang terdapat kotoran orang. Namun, hal ini dapat dilewati dan kami mendapatkan beberapa sampel. Sepertinya di stopsite pertama ini juga ada yang menemukan struktur xenolite setelah memecah sebuah bongkah batuan.
Saat mendeskripsikan singkapan batugamping
Kemudian kami melanjutkan pada stopsite berikutnya, dimana kami melihat adanya semacam singkapan batugamping kristalin. Kami tidak banyak menghabiskan waktu disini karena harus mengejar stopsite lainnya. Setelah kami mengambil foto, deskripsi singkapan dan mengambil sampel, kamipun bergegas menuju stopsite lainnya.
Berfoto di struktur columnar

Stopsite ketiga berupa struktur kolom (columnar). Saat itu saya hanya sempat berfoto dan mendeskripsi sedikit mengenai stopsite tersebut karena mulai hujan yang deras. Dan perjalanan kami berhenti saat hujan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Setelah itu, dosen memutuskan agar kita pulang kembali ke Purbalingga.

Fieldtrip Geomorfologi

Everyday looks like a School Trip
Oleh: Maulana Malik Fikri
Tambang batugamping lokal di Kebumen
Kali ini, saya akan sedikit menceritakan fieldtrip saat kuliah. Fieldtrip kali ini berada di sekitar daerah Kebumen, dengan melihat berbagai fisiografi bumi yang terbentuk di daerah tersebut. Fieldtrip ini sangat berguna untuk menajamkan ilmu geologi kami, terutama dalam aplikasi lapangan. Geomorfologi sendiri adalah sebuah ilmu yang mempelajari mengenai bentuk muka bumi, serta proses yang terjadi. Dari gunung, sungai, lembah, bahkan pantai.
Bagian batugamping yang cukup lapuk
Seperti biasa, kami wajib berkumpul di kampus sekitar jam 7 pagi, kemudian berangkat menuju lokasi menggunakan bis. Biaya disini sebagian ada yang disubsidi oleh kampus, sebagian lagi kami patungan seangkatan. Perjalanan itu memakan waktu kurang lebih dua jam dari Purbalingga. Tugas pertama yang kami dapat, adalah menggambar bentuk muka bumi yang kami lihat, seperti tanah landai dan perbukitan.
Foto di tambang batugamping lokal
Setelah menyelesaikan tugas pertama, kami berangkat ke stopsite lain di daerah Kebumen. Ternyata daerah ini adalah lokasi tambang batugamping lokal. Terdapat batugamping biasa hingga yang berbentuk kristalin (akibat adanya perubahan secara kimiawi). Disini kami mengambil beberapa sampel dan berdiskusi mengenai sampel-sampel tersebut dengan asisten dosen.
Semacam tanaman di perbukitan karst
Foto di Pantai Ayah
Kemudian, kami berangkat menuju daerah perbukitan karst, dan mengamati sungai serta pantai di daerah tersebut. Kami mendapat tugas untuk menggambar morfologi daerah tersebut. Lalu setelah mendapatkan sedikit wejangan dari asisten, kami langsung menuju Pantai Ayah.
Saya saat berada di Pantai Ayah, Kebumen
Tidak banyak yang kami lakukan di pantai itu, kecuali mengamati beberapa butiran pasir dan berfoto bersama disana. Setelah itu, kami semua akhirnya masuk bis dan pulang menuju Purbalingga.


Tuesday, August 4, 2015

Candi Arjuna

- Witnesses of History -
Oleh: Maulana Malik Fikri
Lokasi Candi Arjuna
Dalam waktu lain, kami mengunjungi Dieng dengan rombongan yang lebih besar. Kali ini dengan John, Claudia, Mas Erik, Mas Oyan, Mbak Miyos dan Mbak Endah. Setelah sukses melihat sunrise di Sikunir, kami langsung banting setir menuju kawasan Candi Arjuna. Kawasan Candi Arjuna lebih mirip seperti taman, dengan adanya berbagai pepohonan dan bunga. Lokasi ini penuh dengan wisatawan maupun penduduk lokal. Di sekitar lokasi ini juga terdapat semacam museum, namun kami tidak memasukinya.
Terlihat seperti adanya piring-piring besar terbuat dari batu
Candi-candi itu terletak di tanah datar, sepertinya diapit oleh perbukitan. Pemandangan disini begitu menyegarkan, ditambah adanya kabut yang mengitari kawasan perbukitan. Namun, tidak seperti di Prambanan yang candi-candinya mencapai ketinggian sekitar 41 meter, candi-candi disini berukuran relatif kecil, mungkin sekitar 3-4 meter dengan motif yang cukup berbeda dengan candi yang berada di Prambanan.
Candi Semar di Dieng
Terdapat empat macam candi yang sekilas terlihat, yaitu Candi Semar, Candi Arjuna, Candi Sembadra dan Candi Srikandi. Sebenarnya ada sekitar enam candi, namun dua candi lainnya berada di lokasi yang agak berjauhan. Dari hal yang saya amati, sepertinya candi-candi disini telah mengalami berbagai macam perbaikan, dari jaman dahulu hingga saat ini. Terlihat jelas akan kerentanan candi tersebut, terutama pada bagian dimana adanya semacam ukiran sesosok dewa atau manusia pada bagian samping candi, yang mulai hilang.
Masih terdapat pemberian sesajen oleh penduduk lokal
Selain itu, kepercayaan dan mitos masih sangat kuat di kalangan penduduk lokal. Kami masih menjumpai adanya sesajen yang ditaruh didalam candi tersebut. Selain itu, dikatakan bahwa tradisi pemotongan rambut gimbal juga melakukan semacam upacara disini. Mengenai kisah legenda maupun sejarah candi ini, saya tidak begitu mengetahuinya. Namun, melihat dari berbagai ukiran yang terdapat pada candi ini, sepertinya fungsi candi ini adalah sebagai tempat pemakaman. Sangat mungkin bahwa kawasan Dieng dahulunya merupakan wilayah suatu kerajaan, entah mandiri ataupun dibawah wewenang kerajaan yang lebih besar.
Ukiran gajah di candi-candi ini
Motif, atau mungkin panji, yang menjadi ciri khas dari candi ini adalah adanya ukiran dua kepala gajah di samping tempat masuk candi, serta semacam ukiran kepala harimau di bagian atas. Mungkin artikel khusus yang membahas mengenai candi-candi ini akan saya buat nanti. Yang jelas, candi-candi ini menjadi saksi sejarah menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Dieng. 
Sisi lain dari candi
Perjalanan kami disini cukup mengasyikkan. Berikut adalah berbagai foto yang kami dapat mengenai lokasi ini. Enjoy the ride guys!
Saya di salah satu candi di Dieng
Terdapat orang yang melakukan pertunjukkan tradisional
Candi Srikandi
Bunga yang terdapat di sekitar daerah ini
Tim perjalanan kali ini
Mbak Endah, Mbak Miyos dan Claudia
Bunga kecil nan indah di daerah sekitar
Foto dengan background pemandangan candi
Berfoto di taman sekitar
Taman di dekat Candi Arjuna
Bunga Dandelion di Dieng
Mas Oyan melompat tinggi
Salah satu candi di Dieng
Bagian alam bunga trompet
Bunga lain di daerah sekitar
Kumpulan bunga pada daerah ini
Candi Sembrada
Patung salah satu dewa yang mulai rusak