Disable Copying

Tuesday, November 10, 2015

Survey GOC di Desa Karangpari

Saya beserta beberapa koor
Sudah beberapa waktu berlalu, saat itu Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi UNSOED ingin mengadakan Geology Open Challenge (GOC). Setelah dipilih Ketua Pelaksana (KP), KP juga memilih koor-koor yang akan membantunya menyelenggarakan acara ini. Sebenarnya acara GOC ini dimasukkan dalam rangkaian acara Dies Natalies HMTG sekaligus, sehingga kami benar-benar harus mempersiapkan segala sesuatu dengan matang.
Bunga yang ditemukan di daerah tersebut
Bunga di sekitar rumah penduduk
Saat itu saya hanyalah seorang staff di divisi acara. Kami mulai membuat tema serta konsep acara, hingga akhirnya mengambil tema “Manifestasi Panas Bumi serta Potensinya”. Kami mengambil lapangan yang tidak biasa, berupa lapangan TA salah satu alumni kami yang berada di Desa Karangpari, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. Setelah beberapa waktu, akhirnya kami berangkat menuju lokasi untuk survey lapangan sekaligus mencari titik sumber panasnya.
Bebek yang terlihat di sekitar lokasi
Perjalanan dari Purbalingga menuju Brebes kurang lebih 3 jam menggunakan motor. Ternyata Desa Karangpari adalah desa kecil dengan penduduk yang mayoritas berbahasa Sunda. Sulit sekali mencari warung makan di situ, bahkan tidak ada sinyal sama sekali (namun saat ini XL dan Simpati bisa dipakai disana atau harus pergi ke puncak untuk mencari sinyal). Saat itu cuaca agak mendung, sehingga saat kita sampai disana, kami harus meneduh sebentar karena hujan. Setelah agak cerah, kami melanjutkan survey dengan menelusuri sungai di daerah tersebut. Kami melewati berbagai singkapan menarik, perlapisan dengan struktur dan sesar di daerah tersebut.
Ravael menanti hujan #Abaikan
Bebek di sungai
Perjalanan kami lanjutkan hingga sore hari, karena kami mengejar waktu sekaligus mem-plotting tempat manifestasi panas buminya. Sore itu cuaca mulai mendung dan hujan kembali. Takut bahwa sungai akan melebar dan mungkin arusnya menjadi semakin kuat, kami mulai berpikir untuk memotong kontur (melewati bukit). Namun karena hujan, tanah menjadi licin dan kami hampir jatuh karena lereng yang terjal. Saat itu saya sendiri juga tersengat tawon, entah tawon tersebut sengaja atau tidak. Karena gagal, kami memutuskan untuk menyusuri sungai kembali dan mencari jalan keluar.
Menyusur sungai dengan Mas Beri dan Mas Idai
Menyusur sungai melewati singkapan
Setelah keluar dari sungai, kami tiba di suatu persawahan dan beruntungnya bertemu salah seorang penduduk yang menunjukkan jalan menuju desa terdekat. Saat itu sudah menjelang maghrib, kamipun bergegas untuk segera pulang. Namun, kami berada di desa tetangga, yang letaknya (jika jalan kaki) agak jauh dari desa Karangpari dimana kami menitipkan motor. Suasana saat itu ‘hectic’ sekali karena kami tidak tahu harus meminta bantuan siapa agar sampai di desa sebelah.
Terlihat adanya struktur sesar
Berfoto di sungai
Lambat laun kami memutuskan untuk berjalan mendaki bukit agar sampai di desa Karangpari. Namun kami sudah kelelahan karena sudah berjalan jauh dari tadi pagi. Kemudian, kami memutuskan agar salah satu rekan kami pergi bersama warga untuk mengambil motornya, dan menjemput bergantian. Saat duduk-duduk, sebuah mobil pickup melintas dan berhenti di dekat kami. Ternyata pickup itu juga sedang menuju desa Karangpari. Sebuah keajaiban memang, bahwa kami dapat segera pergi menuju desa tersebut dengan bantuan pickup.
Singkapan batuan yang terlihat
Setelah sampai di masjid dimana kami menitipkan sepeda motor, kami melepas lelah sejenak. Kemudian kami segera berangkat pulang menuju Purbalingga kembali. Karena sudah lelah, beberapa dari kami ada yang tertinggal. Sebagian beristirahat di warung sambil ‘ngopi’, sebagian lain terus melanjutkan perjalanan hingga sampai kosan. Waktu itu teman saya juga sampai tertidur saat berkendara, sehingga saya harus memijatnya agar dia tetap bangun. Syukurlah kami tidak kecelakaan. Saat itu kami sampai di kosan sekitar jam 11 malam. Sebagian lain sampai di kosan jam 1 atau 2 pagi. Bayangkan saja, kami survey dari jam 8 hingga jam 11 malam! Benar-benar satu hari full di lapangan. Mungkin survey ini adalah pengalaman survey paling berbahaya yang pernah saya alami, walau sangat mengasyikkan dalam prosesnya. Akhirnya, kami tidur pulas dan keesokan harinya melewati kuliah. :)
Sesar yang terlihat
Di lain waktu, kami juga mengadakan survey pleno yang diikuti oleh seluruh panitia. Saat itu kami membagi tugas berdasarkan jobdesk divisi masing-masing. Namun untuk survey ini, tidak seseram seperti saat survey pertama. Sekian cerita dari saya, foto-foto dibawah ini adalah hasil dari survey kami. Selamat menikmati!
Panitia melakukan survey
Calon Endapan Sungai
Seorang warga yang sholat di atas batu


0 comments: