|
Saya beserta beberapa koor |
Sudah beberapa waktu
berlalu, saat itu Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi UNSOED ingin mengadakan
Geology Open Challenge (GOC). Setelah dipilih Ketua Pelaksana (KP), KP juga
memilih koor-koor yang akan membantunya menyelenggarakan acara ini. Sebenarnya acara
GOC ini dimasukkan dalam rangkaian acara Dies Natalies HMTG sekaligus, sehingga
kami benar-benar harus mempersiapkan segala sesuatu dengan matang.
|
Bunga yang ditemukan di daerah tersebut |
|
Bunga di sekitar rumah penduduk |
Saat itu saya hanyalah
seorang staff di divisi acara. Kami mulai membuat tema serta konsep acara,
hingga akhirnya mengambil tema “Manifestasi Panas Bumi serta Potensinya”. Kami
mengambil lapangan yang tidak biasa, berupa lapangan TA salah satu alumni kami
yang berada di Desa Karangpari, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. Setelah
beberapa waktu, akhirnya kami berangkat menuju lokasi untuk survey lapangan
sekaligus mencari titik sumber panasnya.
|
Bebek yang terlihat di sekitar lokasi |
Perjalanan dari
Purbalingga menuju Brebes kurang lebih 3 jam menggunakan motor. Ternyata Desa Karangpari adalah desa kecil dengan penduduk yang mayoritas berbahasa Sunda. Sulit sekali mencari warung makan di situ, bahkan tidak ada sinyal sama sekali (namun saat ini XL dan Simpati bisa dipakai disana atau harus pergi ke puncak untuk mencari sinyal). Saat itu cuaca
agak mendung, sehingga saat kita sampai disana, kami harus meneduh sebentar
karena hujan. Setelah agak cerah, kami melanjutkan survey dengan menelusuri
sungai di daerah tersebut. Kami melewati berbagai singkapan menarik, perlapisan
dengan struktur dan sesar di daerah tersebut.
|
Ravael menanti hujan #Abaikan |
|
Bebek di sungai |
Perjalanan kami
lanjutkan hingga sore hari, karena kami mengejar waktu sekaligus mem-plotting
tempat manifestasi panas buminya. Sore itu cuaca mulai mendung dan hujan
kembali. Takut bahwa sungai akan melebar dan mungkin arusnya menjadi semakin
kuat, kami mulai berpikir untuk memotong kontur (melewati bukit). Namun karena
hujan, tanah menjadi licin dan kami hampir jatuh karena lereng yang terjal. Saat
itu saya sendiri juga tersengat tawon, entah tawon tersebut sengaja atau tidak.
Karena gagal, kami memutuskan untuk menyusuri sungai kembali dan mencari jalan
keluar.
|
Menyusur sungai dengan Mas Beri dan Mas Idai |
|
Menyusur sungai melewati singkapan |
Setelah keluar dari
sungai, kami tiba di suatu persawahan dan beruntungnya bertemu salah seorang
penduduk yang menunjukkan jalan menuju desa terdekat. Saat itu sudah menjelang
maghrib, kamipun bergegas untuk segera pulang. Namun, kami berada di desa
tetangga, yang letaknya (jika jalan kaki) agak jauh dari desa Karangpari dimana
kami menitipkan motor. Suasana saat itu ‘hectic’ sekali karena kami tidak tahu
harus meminta bantuan siapa agar sampai di desa sebelah.
|
Terlihat adanya struktur sesar |
|
Berfoto di sungai |
Lambat laun kami
memutuskan untuk berjalan mendaki bukit agar sampai di desa Karangpari. Namun kami
sudah kelelahan karena sudah berjalan jauh dari tadi pagi. Kemudian, kami
memutuskan agar salah satu rekan kami pergi bersama warga untuk mengambil
motornya, dan menjemput bergantian. Saat duduk-duduk, sebuah mobil pickup
melintas dan berhenti di dekat kami. Ternyata pickup itu juga sedang menuju
desa Karangpari. Sebuah keajaiban memang, bahwa kami dapat segera pergi menuju
desa tersebut dengan bantuan pickup.
|
Singkapan batuan yang terlihat |
Setelah sampai di
masjid dimana kami menitipkan sepeda motor, kami melepas lelah sejenak. Kemudian
kami segera berangkat pulang menuju Purbalingga kembali. Karena sudah lelah,
beberapa dari kami ada yang tertinggal. Sebagian beristirahat di warung sambil ‘ngopi’,
sebagian lain terus melanjutkan perjalanan hingga sampai kosan. Waktu itu teman
saya juga sampai tertidur saat berkendara, sehingga saya harus memijatnya agar
dia tetap bangun. Syukurlah kami tidak kecelakaan. Saat itu kami sampai di
kosan sekitar jam 11 malam. Sebagian lain sampai di kosan jam 1 atau 2 pagi. Bayangkan
saja, kami survey dari jam 8 hingga jam 11 malam! Benar-benar satu hari full di
lapangan. Mungkin survey ini adalah pengalaman survey paling berbahaya yang
pernah saya alami, walau sangat mengasyikkan dalam prosesnya. Akhirnya, kami
tidur pulas dan keesokan harinya melewati kuliah. :)
|
Sesar yang terlihat |
Di lain waktu, kami juga mengadakan survey pleno yang diikuti oleh seluruh panitia. Saat itu kami membagi tugas berdasarkan jobdesk divisi masing-masing. Namun untuk survey ini, tidak seseram seperti saat survey pertama. Sekian cerita dari saya, foto-foto dibawah ini adalah hasil dari survey kami. Selamat menikmati!
|
Panitia melakukan survey |
|
Calon Endapan Sungai |
|
Seorang warga yang sholat di atas batu |
0 comments:
Post a Comment