Disable Copying

Find it in Pantai Menganti!

A beach paradise full of unknown wonders :)

Waduk Mrica

Great photos, great pictures, great moments :)

@Banyumas

Look down there, there might be lives living in peace :)

Candi Prambanan

Indonesia's exclusive paradise for archeological adventures.

6th Sainsation

An exciting English Debate Competition in UNSOED Engineering Faculty!

Thursday, September 1, 2016

Serat Wedhatama

“A Guide Towards Spiritual Life”
Oleh: Maulana Malik Fikri
Sumber Gambar: Koleksi Pribadi
            Serat Wedhatama adalah sebuah kitab kecil, yang berisi sajak-sajak seperti puisi, gaya penulisannya mirip dengan kitab Jayabaya, dibuat oleh Sultan Mangkunegaran IV. Dan seperti kitab Jayabaya, Serat Wedhatama juga mengandung nasihat-nasihat bagi orang-orang yang membacanya. Namun bedanya, kali ini bukan sekedar nasihat yang diberikan, namun juga cara untuk melihat tiga dunia. Jika ditilik dari sejarah, dapat kita lihat bahwa pada masa Sultan Mangkunegaran IV inilah masa kejayaan Kerajaan Mangkunegaran memuncak dari segi ekonomi, sosial dan kebudayaaan. Namun, masih dalam perdebatan mengenai hubungannya dengan Belanda.

            Pada dasarnya, isi dari Serat Wedhatama adalah cara untuk membedakan mana orang yang berilmu dan mana yang tidak. Untuk mencapai ilmu manunggal, terdapat 4 macam sembahyang, yaitu sembahyang raga, sembahyang cipta, sembahyang jiwa dan sembahyang rasa. Masing-masing memiliki tingkatannya sendiri, namun menurut saya pribadi hal ini sangat mirip dengan tingkatan syariat-tarekat-hakikat-makrifat.

            Ajaran sembahyang diatas sangat penting untuk mencapai ilmu manunggal, terutama bagi mereka yang ingin mencari Tuhan. Tiap tingkatan memiliki syarat masing-masing dan sebelum anda mendapatkan petunjuk Tuhan, anda tidak akan sanggup naik tingkat. Pembersihan jiwa dan hati adalah hal yang paling penting, terutama dalam mengekang hawa nafsu serta amarah. Sebelum mencapai tahap hakekat (sembahyang jiwa), yaitu ada diantara sadar dan tidak sadar, anda akan sanggup memasuki dunia lain, dan jika anda diperbolehkan maka anda akan melihat tiga dunia berbeda. Namun, harus berhati-hati jikalau anda tidak kembali ke raga.

            Jikalau anda sudah mencapai tahap akhir makrifat (sembahyang rasa), maka anda dapat melihat dunia ini dengan sudut pandang berbeda, melihat bagaimana alam bekerja. Selain itu, anda sudah mulai bisa mendengar suara yang berbisik dalam hati, maka ikutilah suara itu, terutama yang menunjuk pada kebenaran.

            Perlu diketahui bahwa tiap proses sangat sulit, dan jika anda menuruti hawa nafsu maka anda akan gagal. Dan jikalau anda menemukan orang yang dapat mencapai tingkatan ini, ikutilah dia, karena besar kemungkinan dia termasuk orang-orang yang benar, dimana tirainya telat disingkapkan oleh Tuhan. Dalam Kitab Jayabaya, orang-orang ini, yang berbicara serta berbuat benar, diberikan gelar dewa. 

Babad Tanah Jawi

Kingdoms of Java Island
Oleh: Maulana Malik Fikri
Sumber Gambar: Koleksi Pribadi
            Kisah tanah Jawa masih diselimuti berbagai misteri, legenda dan mitos yang selalu hadir saling beriringan dengan fakta sejarah. Karena informasi yang tercampur-aduk, maka belum banyak fakta yang dapat diambil kecuali dari prasasti serta kitab Jawa yang mencatat kejadian-kejadian penting masa itu. Babad tanah Jawa ini sebenarnya masih penuh perdebatan, memberikan gambaran umum mengenai kerajaan-kerajaan yang menguasai Jawa, terutama daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

            Dikatakan bahwa kisah tanah Jawa berasal dari Nabi Adam, yang kemudian mencatat adanya kemunculan Nabi Sis di tanah Jawa, yang kemudian berlanjut pada kisah Mahabharata (anak-anak Pandu), setelah adanya banjir besar maka barulah turun kisah mengenai raja-raja Jawa. Pada mulanya kerajaan Jawa tersohor, penuh kedigdayaan, hingga munculnya wali songo yang mengubah kepercayaan masyarakat pada umumnya kepada Tuhan yang satu. Banyak yang menerima ajaran Islam pada saat itu, meski belum diketahui apa penyebab pastinya.

            Terdapat tiga cara untuk membuat kerajaan. Pertama, pemberian atas kerajaan yang lebih besar.Kedua, pengangkatan diri menjadi raja atas bersatunya sekutu-sekutu pada suatu wilayah. Ketiga, adalah merebut kekuasaan kerajaan yang ada. Dalam sejarahnya, kerajaan-kerajaan di Jawa pada pertengahan hingga akhir menemui banyak pengorbanan darah. Hingga pada akhirnya Belanda datang untuk berdagang, sekaligus memberikan bantuan pasukan serta teknologi dan senjata.

            Bahasa yang digunakan dalam buku ini sangat sopan, terutama terhadap raja. Entah mengapa penulis tidak menyalahkan raja, namun menyayangkan sikap buruknya, dan memberi pujian pada sikap yang baik.Disini mungkin masih ada penambahan dan pengurangan dari penulis, dan mungkin juga, tidak sesuai dengan fakta sejarah karena tidak ada sumber yang bisa ditilik. Dengan kata lain, kemungkinan buku ini adalah karangan sendiri sangat besar, dengan melihat sejarah-legenda umum mengenai tanah Jawa. Namun gaya penulisannya sangat mirip dengan buku Mahabharata, bedanya disini tidak ada kiasan.

            Sebagai sumber referensi, mungkin buku ini kurang pas untuk menulis sebuah penelitian ilmiah. Namun, dapat dibayangkan mengenai kondisi Jawa pada masa itu, pemerintahan serta pertarungan politik yang terjadi. Akan sangat menarik ketika kita melihat sudut pandang orang Jawa pada dahulu, dibumbui dengan sedikit konflik agama.