Disable Copying

Find it in Pantai Menganti!

A beach paradise full of unknown wonders :)

Waduk Mrica

Great photos, great pictures, great moments :)

@Banyumas

Look down there, there might be lives living in peace :)

Candi Prambanan

Indonesia's exclusive paradise for archeological adventures.

6th Sainsation

An exciting English Debate Competition in UNSOED Engineering Faculty!

Saturday, December 21, 2019

Kisah Nabi Adam berdasarkan Al-Qur’an 6

7. Pesan untuk Anak-Anak Adam (Bagian 2)
“Wahai anak-anak Adam, ambillah perhiasanmu (pakaianmu) pada setiap masjid dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Dia tidak menyukai mereka yang berbuat berlebihan.

Katakanlah “Siapakah yang melarang perhiasan dari Allah yang Dia telah buat untuk hamba-hamba-Nya dan hal-hal baik dari persediaan?” Katakanlah “Mereka (perhiasan tsb) adalah untuk mereka yang percaya selama hidup di dunia, (dan akan diberikan) secara khusus untuk mereka pada Hari Kebangkitan.” Begitulah Kami menjelaskan (merinci) ayat-ayat untuk orang-orang yang mengetahui.  

Katakanlah “Tuhanku hanya telah melarang kejahatan (ketidakasusilaan) – yang terlihat dari mereka dan yang tersembunyi – dan dosa, dan penindasan tanpa kebenaran (hak), dan bahwa kamu menghubungkan (menyamakan) dengan Allah hal yang Dia tidak turunkan dengan kekuasaan, dan bahwa kamu mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui.”

Dan untuk setiap negeri adalah sebuah waktu. Maka ketika waktu mereka telah datang, mereka tidak akan tinggal setelahnya satu jam, ataupun mereka akan mempercepat(nya).”
(Q.S Al-A’raaf ayat 31-34)

Pada bagian ini, kita akan membahasnya menjadi beberapa poin, yaitu:
a. Allah memperbolehkan kita untuk membawa perhiasan (pakaian) kita ke masjid dan kitapun diperbolehkan untuk makan dan minum di dalamnya, namun jangan sampai berlebihan (dalam hal perhiasan/pakaian, makan dan minum) karena Allah tidak menyukai hal-hal yang berlebihan.

Catatan:
Saya pernah ke beberapa masjid di Indonesia dan di dalamnya mereka melarang pengunjungnya untuk makan, minum ataupun beristirahat (tidur) di dalam masjid. Sebagian beralasan melakukan hal tersebut karena masjid adalah sarana untuk ibadah, maka hanya bisa digunakan sebatas untuk beribadah saja. Ayat ini menjadi bukti bahwa alasan yang diberikan tersebut tidak benar.
     
Contoh larangan yang ada dalam Masjid
b. Allah juga tidak melarang penggunaan perhiasan/pakaian dan persediaan (makanan, minuman, dsb). Karena perhiasan/pakaian dan persediaan di bumi memang diberikan untuk manusia (simak kembali Surah Al-Baqarah ayat 36), sedangkan di Hari Akhir nanti hal tersebut hanya akan diberikan khusus orang-orang yang percaya saja.

Catatan:
Khusus pada Surah Al-A’raaf ayat 32 ini, sebenarnya ayat ini termasuk kategori ayat tidak jelas (dan ini ditegaskan pada bagian akhir ayat yang mengatakan “Begitulah Kami menjelaskan (merinci) ayat-ayat untuk orang-orang yang mengetahui”). Hal ini karena kita tahu, bahwa perhiasan dan persediaan di dunia tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang percaya saja, namun juga bisa dimiliki oleh orang-orang yang tidak percaya. Namun jika kita kembali merujuk pada Surah Al-Baqarah ayat 36, dikatakan “Turunlah, sebagai musuh satu sama lain, dan kamu akan memiliki di dalam bumi sebuah tempat tinggal dan persediaan untuk suatu waktu.” Dari sini, jelaslah bahwa persediaan di dunia memang sudah dijamin dari Allah untuk semua manusia. Mungkin maksud sebenarnya ayat ini adalah pengokohan bahwa perhiasan dan persediaan di dunia memang di perbolehkan untuk digunakan oleh orang-orang yang percaya (walau sedikit) dan di Hari Akhir, persediaan dan perhiasan tersebut hanya akan diberikan pada orang-orang yang percaya saja (orang yang tidak percaya tidak mendapat bagian, artinya di dunia orang-orang yang tidak percaya diperbolehkan untuk memiliki perhiasan dan persediaan). Ayat ini sebenarnya secara khusus menentang ajaran-ajaran yang melarang penggunaan perhiasan dan persediaan di dunia yang memang seharusnya digunakan manusia. Sebagai contoh adalah ajaran biksu Buddha Theravadin.

Biksu dan biarawati pertama menerima ajaran Kehidupan Suci dari Buddha sendiri, lebih dari 2500 tahun yang lalu di India. Sejak itu, pengaruh mereka telah tersebar hampir di seluruh Asia. Negara-negara dari Asia Tenggara dan Srilangka telah dipengaruhi dengan dalam oleh Sekolah Buddha Theravadin, yang ajarannya berasal dari lembaran-lembaran Suci Paali. Diantara peraturan-peraturan mengenai cara dan jalan hidup seorang biksu, kita hanya akan membahas sebagian saja, dimana ini tercatat dalam Peraturan Patimokkha (Ariyesako,1998), yaitu:

  • -          “Dengan sengaja membunuh sebuah hewan – atau telah membuatnya mati – adalah [Pelanggaran Pengakuan]”
    Hewan disini adalah paano, yang berarti “memiliki nafas”. Penulis menjelaskan bahwa ini termasuk makhluk hidup hingga ukuran dari serangga. Di bagian teks lain bahkan melarang pembunuhan dari “seekor semut sekalipun”.
  • -          “Dengan sengaja merusak atau menghancurkan sebuah tanaman hidup adalah [Pelanggaran Pengakuan]”
    Maka menghancurkan sebuah tumbuhan hidup – sebagai contoh, memotong jatuh pohon, mengambil bunga hingga akar, membakar rumput – adalah sebuah Pelanggaran Pengakuan; hal yang sama berlaku jika mengambil buah dari pohon, bunga dari semak, etc. Ini adalah pelanggaran bersalah (dukka.ta) jika merusak atau menghancurkan biji-biji subur atau bibit yang dapat tumbuh.
    Namun bukan berarti biksu tidak boleh memakan buah. Ada metode khusus, yaitu kappiya, yang membolehkan biksu untuk memakannya. Dalam Islam, metode kappiya ini mirip dengan meminta seseorang untuk “menghalalkan” sesuatu. Metode kappiya ini biasanya dilakukan dengan memberikan tanda pada buah pemberian diantaranya adalah dengan menyentuhnya dengan api, membuat gambar dengan pisau diatasnya atau dengan memberi tanda melalui kuku jari. 

Buddha membolehkan biksu untuk makan daging dan ikan, kecuali dalam keadaan berikut:
  • -          Jika seorang biksu melihat, mendengar atau menduga bahwa ia (hewan tsb) telah dibunuh untuknya, dia tidak boleh memakannya.
    Jika seorang biksu diberikan daging dalam putaran sedekah dan dia tidak tahu mengenai bagaimana hewan tersebut mati, ia harus “menerima itu dengan perhatian”. Disini dia harus bersyukur dan mengingat bahwa makanan yang diberikan kepadanya adalah hal yang bisa membuatnya meneruskan kehidupan biksu dan bahwa ia tidak memiliki pilihan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. 

Sementara mengenai harta dan uang, sebagian peraturannya adalah sebagai berikut:
  • -          “Biksu, dalam meninggalkan penggunaan uang, meninggalkan keinginan duniawi mereka dengan nyata dan menunjukkan pada yang lainnya dengan mencontohkan bahwa perjuangan/perebutan untuk harta itu bukanlah jalan yang benar untuk menemukan kebahagiaan.”
  • -          “Seorang biksu, yang menerima emas atau uang atau meminta orang lain untuk menerimanya untuk dia, atau menerimanya yang ditempatkan di dekatnya, melakukan [sebuah pelanggaran yang membutuhkan pengakuan dan pengembalian.]”
  • -          “Mendapatkan emas atau uang melalui jual-beli adalah [sebuah pelanggaran yang membutuhkan pengakuan dan pengembalian.]”

Dari peraturan diatas, jelas bahwa kehidupan para biksu untuk melarang membunuh hewan (bahkan hewan ternak untuk dimakan sekalipun), menghancurkan tanaman (bahkan mengambil buah dari pohonnya) dan menyimpan uang, emas atau perhiasan (bahkan hingga berdagang) adalah sebuah pelanggaran. Walaupun semua peraturan diatas terlihat begitu baik, namun Al-Qur’an disini tetap mengokohkan bahwa orang-orang beriman diperbolehkan untuk menyimpan perhiasan (baju, uang, berlian, dsb) dan menggunakan persediaan yang ada di bumi (makan buah, hewan ternak, dsb). Karena perhiasan dan persediaan yang ada di bumi, memang disediakan untuk manusia.  

c. Ini adalah hal-hal yang Allah larang, yaitu; kejahatan (ketidakasusilaan) yang terlihat dan yang tersembunyi, dosa, penindasan tanpa kebenaran (hak), menghubungkan (menyamakan) dengan Allah hal yang Dia tidak turunkan dengan kekuasaan dan mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui.

Catatan:
Disini saya tidak akan membahas mengenai larangan lainnya kecuali dua larangan terakhir yaitu; menghubungkan (menyamakan) dengan Allah hal yang Dia tidak turunkan dengan kekuasaan dan mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui. Karena dua larangan ini saling berhubungan dan paling banyak mempengaruhi generasi sesudah kita.

Hal ini masih berhubungan dengan ayat-ayat pada bagian ini dan bagian sebelumnya. Pada bagian 1, contoh yang diberikan adalah saat manusia berbuat kejahatan, namun mereka mengatakan bahwa perbuatan mereka itu adalah yang telah dilakukan oleh leluhur mereka dan bahwa itulah perintah Allah. Sebagai contoh nyata yang ada di dunia mengenai hal ini adalah penghalalan nikah Mut’ah yang kebanyakan dianut pengikut aliran Syiah.

Nikah mut’ah adalah pernikahan kontrak dalam jangka waktu tertentu; bisa satu jam, seminggu, sebulan, setahun, dsb. Pengikut aliran ini menjadikan Surah An-Nisa ayat 24 sebagai dasar yang mereka artikan “.... Maka istri-istri yang telah kamu campuri diantara mereka, berikanlah kepada mereka biaya kontrak, sebagai suatu kewajiban. ....” Kata Ujrah yang umumnya diartikan sebagai mahar oleh pengikut aliran Syiah ini diartikan sebagai biaya kontrak. Pada dasarnya, praktik nikah mut’ah ini tidak bisa dibenarkan karena hal ini bisa dijadikan upaya untuk melegalisir praktik prostisusi (upaya pemuasan nafsu belaka) di masyarakat. Contoh ini masuk ke dalam dua larangan terakhir; menghubungkan (menyamakan) dengan Allah hal yang Dia tidak turunkan dengan kekuasaan dan mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui. Hal ini karena mereka menafsirkan Al-Qur’an untuk mencari pembenaran (pentakwilan) terhadap keinginan mereka, padahal mereka belum tentu mengetahui maksud dari ayat tersebut. Inilah hal yang berbahaya mengenai ulama su’.   

Namun dalam kesempatan lain, kejahatan tidak harus dilakukan atas perintah Allah namun hanya perbuatan bapak-bapak (leluhur) mereka. Contoh nyata dari hal ini adalah pelegalan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) di banyak negara atas nama hak asasi manusia. Padahal jika mengacu pada hukum agama, hal ini termasuk kejahatan yang besar karena fitrah laki-laki sebenarnya adalah para perempuan. Kejahatan inipun kisahnya diabadikan dalam kisah Kaum Luth dalam Al-Qur’an. Contoh ini mungkin tidak ada hubungannya dengan Allah tapi manusia telah melakukan hal yang tidak Dia turunkan dengan kekuasaan (Allah tidak menghalalkan LGBT, bahkan mengecam tindakan tersebut). Namun jikalau ada yang menghalalkan LGBT dengan mengatasnamakan Allah, maka dia sudah termasuk dalam melanggar kedua larangan diatas.

Pada bagian 2 adalah contoh mengenai hal-hal yang sebenarnya diperbolehkan untuk dilakukan atau dimiliki oleh orang-orang beriman, namun malah ada yang melarang (perhiasan dan persediaan di bumi). Contoh bagian a diatas adalah mengenai larangan makan dan minum di masjid, sedangkan pada bagian b adalah mengenai larangan penggunaan perhiasan bagi orang yang beriman, padahal Allah membolehkan keduanya. Kedua contoh ini sebenarnya masuk ke dalam dua larangan terakhir; menghubungkan (menyamakan) dengan Allah hal yang Dia tidak turunkan dengan kekuasaan dan mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui.

Contoh b adalah mengenai larangan kepemilikan perhiasan (harta, pakaian bagus, dsb). Jika yang melarang mengatasnamakan Allah, maka ia akan termasuk ke dalam dua larangan terakhir; menghubungkan (menyamakan) dengan Allah hal yang Dia tidak turunkan dengan kekuasaan dan mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui. Sedangkan jika mencontoh perilaku biksu Theravadin, walaupun ia tidak ada hubungannya dengan Allah tapi manusia telah melakukan hal yang tidak Dia turunkan dengan kekuasaan (Allah tidak melarang penggunaan perhiasan, harta, pakaian bagus, dsb).

Namun contoh ayat ini tidak terbatas pada kedua contoh diatas. Terdapat banyak penafsiran lain; dan contoh yang paling baik adalah mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan, Isa adalah anak Tuhan, atau adanya tuhan-tuhan lain selain Allah. Semua hal ini termasuk dalam “menghubungkan (menyamakan) dengan Allah hal yang Dia tidak turunkan dengan kekuasaan dan mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui”. Terakhir, maksud dari “tidak diturunkan dengan kekuasaan”, artinya adalah hal tersebut tidak dikatakan oleh pemberi peringatan yang Allah turunkan. Maka dari itu, hal-hal yang tidak diturunkan dengan kekuasaan berarti adalah kebohongan yang telah dibuat-buat oleh manusia.

d. Setiap negeri memiliki waktunya masing-masing. Ketika waktu kehancuran mereka datang, maka hal itu tidak dapat ditunda maupun dipercepat sedikitpun oleh manusia.

Kisah Nabi Adam berdasarkan Al-Qur’an 5

6. Pesan untuk Anak-Anak Adam (Bagian 1)
“Wahai anak-anak dari Adam, jangan biarkan Syaitan membujukmu (menggodamu) seperti dia mengeluarkan orang tuamu dari Surga, mengambil dari mereka pakaian mereka untuk menunjukkan kepada mereka bagian-bagian pribadi mereka. Sungguh, dia melihatmu, dia dan kaumnya, dari (tempat) dimana kamu tidak melihat mereka. Sungguh, Kami telah membuat para syaitan sebagai sekutu bagi mereka yang tidak percaya.

Dan ketika mereka berbuat kejahatan (ketidaksusilaan), mereka berkata “Kami menemukan bapak-bapak kami melakukannya dan Allah telah memerintahkan kami untuk melakukannya.” Katakanlah “Sungguh, Allah tidak memerintahkan kejahatan (ketidakasusilaan). Apakah kamu mengatakan mengenai Allah sesuatu yang kamu tidak ketahui?”

Katakanlah “Tuhanku telah memerintahkan keadilan dan agar kamu menegakkan (menjaga) dirimu sendiri di setiap tempat; sujud, dan memohon (meminta) kepada-Nya, tulus (jujur) kepada-Nya dalam agama.” Seperti dari-Nya kamu berasal, kamupun akan kembali (kepada-Nya).

Sebuah kelompok Dia beri petunjuk dan sebuah kelompok pantas (berada dalam) kesesatan (kesalahan). Sungguh, mereka telah mengambil para syaitan sebagai sekutu daripada Allah sementara mereka berpikir bahwa mereka diberi petunjuk.”
(Q.S Al-A’raaf ayat 27-30)   

Bagian ini adalah pesan untuk keturunan Adam, yang berlaku untuk seluruh masa. Agar mudah, mari kita telaah pesan ini dalam beberapa poin:

a. Kita diperintahkan untuk berhati-hati terhadap syaitan, walaupun kita tidak dapat melihat mereka. Disini juga diberi informasi bahwa syaitan melihat keturunan Adam dari tempat yang tidak bisa kita lihat. Dan bahwa siapapun yang mengikuti syaitan, maka mereka akan menjadi sekutu (teman) dari syaitan dan sekutu dari syaitan pasti adalah orang-orang yang tidak percaya.
Ilustrasi Ulama Su' (Palsu) yang menyesatkan umat.
b. Sepanjang sejarah, manusia memang cenderung melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Dari umat Nabi Musa, beliau telah memberikan Kitab Taurat, namun setelah masa yang panjang, terjadi penafsiran dan perubahan ayat-ayat dan hukum dalam kitab tersebut, sehingga manusia malah melakukan hal yang bertentangan dengan hukum Allah. Hal yang sama juga terjadi pada umat Nabi Daud yang diberikan Kitab Zabur, umat Nabi Isa yang diberikan Kitab Injil, dan umat Nabi Muhammad yang diberikan Kitab Al-Qur’an. Sehingga ketika mereka melakukan kejahatan, umat manusia pada masa itu tidak merasa bersalah, karena mereka menganggap bahwa hal itulah yang diperintahkan Tuhan dan karena bapak-bapak mereka telah melakukan hal tersebut, maka hal itu seperti sudah lumrah (biasa). Dan ketika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, mereka tidak mempercayainya dan lebih memilih kepercayaan mereka.  

c. Pada bagian ini kita juga melihat, bahwa yang diperintahkan Allah adalah menegakkan keadilan, menegakkan (menjaga) sujud (sholat) di setiap tempat, berdoa kepada-Nya dan tulus kepada-Nya mengenai agama. Dan kita harus juga mengingat, bahwa kita datang dari Allah, maka sudah sepantasnya kitapun kembali kepada Allah.

d. Disini kita juga diberitahu bahwa sebagian kelompok Allah beri petunjuk, namun sebagian lain pantas berada dalam kesesatan. Mengapa kelompok kedua pantas berada dalam kesesatan? Hal ini karena mereka lebih memilih syaitan sebagai teman daripada Allah, sementara mereka berpikir bahwa mereka mendapat petunjuk (coba simak kembali definisi teman syaitan dalam ayat ini, yaitu: mereka yang mengikuti syaitan dan orang-orang yang tidak percaya). Kelompok kedua ini kemungkinan begitu menyukai kehidupan duniawi, harta, kekuasaan, perbuatan maksiat, hal-hal yang dilarang dalam agama, namun lebih terutama menjadi pengikut jejak orang-orang terdahulu yang salah. Yang paling berbahaya adalah bagaimana cara berpikir mereka, bahwa dengan semua hal yang mereka perbuat di dunia dan doktrin/kepercayaan yang mereka ikuti, mereka merasa bahwa merekalah orang-orang yang diberi petunjuk. Ayat ini tidak hanya meliputi pemimpin negara atau raja-raja, namun termasuk juga ulama-ulama palsu (ulama su’).

Saturday, December 14, 2019

Kisah Nabi Adam berdasarkan Al-Qur’an 4


1.      5. Kisah Nabi Adam di Surga
“Dan Kami pastinya telah menciptakanmu dan memberimu bentuk. Kemudian Kami mengatakan kepada para malaikat “Bersujudlah kepada Adam”; maka mereka bersujud, kecuali untuk Iblis. Dia tidak termasuk dari mereka yang bersujud.

(Allah) mengatakan “Apa yang  menghalangimu dari bersujud ketika Aku memerintahkan kepadamu?” (Iblis) menjawab “Aku lebih baik darinya. Engkau menciptakanku dari api dan menciptakan dia dari tanah liat.”

(Allah) mengatakan “Turunlah dari Surga, karena itu tidaklah untukmu untuk menjadi sombong. Maka keluarlah; sungguh kamu termasuk dari yang direndahkan.”

(Iblis) mengatakan “Tangguhkanlah hukumanku hingga Hari dimana mereka dibangkitkan.”

(Allah) mengatakan “Sungguh, kamu termasuk dari mereka yang diberi penangguhan hukuman.”

(Iblis) mengatakan “Karena Engkau telah menaruhku dalam kesesatan (kesalahan), Aku pasti akan duduk menunggu untuk mereka dalam jalan lurus-Mu.

Kemudian Aku akan datang kepada mereka dihadapan mereka dan dari belakang mereka dan dari kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan menemukan kebanyakan dari mereka bersyukur.”

(Allah) mengatakan “Keluarlah dari Surga, tercela dan terbuang (terusir). Siapapun yang mengikutimu diantara mereka – Aku pasti akan mengisi Neraka denganmu, semuanya.”

Dan “Wahai Adam, tinggallah, kamu dan istrimu, dalam Surga dan makan dari manapun yang kamu inginkan tetapi janganlah mendekati pohon ini, atau kamu akan menjadi yang berbuat salah.”

Tetapi Syaitan berbisik kepada mereka untuk membuat jelas kepada mereka yang tersembunyi dari mereka dari bagian-bagian pribadi mereka. Dia mengatakan “Tuhanmu tidak melarangmu pohon ini kecuali agar kamu menjadi malaikat atau menjadi dari yang abadi.”

Dan dia bersumpah kepada mereka “Sungguh, aku untukmu dari mereka yang memberi saran yang tulus (jujur).”

Maka dia membuat mereka jatuh, melalui penipuan (tipu daya). Dan ketika mereka mencicipi dari pohon itu, bagian-bagian pribadi mereka menjadi jelas kepada mereka, dan mereka mulai mengikat dengan kencang diseluruh diri mereka dari daun-daun Surga. Dan Tuhan mereka memanggil mereka “Bukankah Aku telah melarangmu dari pohon itu dan memberitahumu bahwa Syaitan itu, untukmu, seorang musuh yang jelas?”

Mereka mengatakan “Tuhan kami, kami telah menyalahi (menzalimi) diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak memaafkan kami dan memberi ampunan kepada kami, kami pasti akan termasuk dari mereka yang kalah.”

(Allah) mengatakan “Turunlah, menjadi musuh satu sama lainnya. Dan untukmu di bumi adalah sebuah tempat tinggal dan kesenangan untuk suatu waktu.”

Dia mengatakan “Disanalah kamu akan hidup dan disanalah kamu akan mati dan darinyalah kamu akan dibangkitkan.”
(Q.S Al-A’raaf ayat 11-25)

Kisah kali ini cukup panjang, maka kita akan membaginya dalam beberapa bagian: 
1. Alasan Iblis menolak bersujud kepada Adam
Disini terdapat pengulangan dimana malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam, namun Iblis menolak. Hal ini mengokohkan fakta bahwa Iblis termasuk dari bagian para malaikat saat itu. Sehingga cerita “The Fallen Angel” (Malaikat yang Terjatuh) dalam kepercayaan umat Nasrani masih selaras dengan Al-Qur’an.

Bagian paling menarik dalam kisah ini adalah alasan Iblis dalam menolak perintah Allah dengan mengatakan: “Aku lebih baik darinya” dan dilanjutkan dengan “Engkau menciptakanku dari Api dan menciptakan dia dari Tanah.”  Jika kita telaah lagi dari ayat-ayat sebelumnya (Surah Al-Baqarah ayat 30) maka terdapat perbandingan antara malaikat dengan manusia yaitu “Apakah Engkau akan menaruh didalamnya sesuatu yang membuat kehancuran didalamnya dan menumpahkan darah, sementara kami memuji-Mu dan mensucikan-Mu?

Dari hal diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa terjadi konflik antar makhluk saat itu, dimana malaikat merasa diri mereka lebih baik (superior) dari manusia. Contoh paling konkret untuk memahami hal ini adalah dengan melihat rasisme (racism). Dahulu, orang kulit putih merasa lebih baik daripada orang kulit hitam dan ini didasari oleh sekedar perbedaan warna kulit (bahkan hingga tahap peperangan maupun perbudakan). Hal yang sama juga bisa diinterpretasikan antara malaikat dan manusia saat itu, maka Iblis menjawab melalui asal muasal penciptaan malaikat (Api) dan manusia (Tanah).

Sumber Gambar dari Google
Alasan kedua adalah bukti bahwa malaikat mengetahui sifat manusia yang membuat kehancuran dan menumpahkan darah. Dibandingkan dengan manusia, malaikat lebih baik karena mereka terus memuji dan mensucikan Tuhan. Perbandingan ini juga bisa menjadi faktor atas konflik antar manusia dan malaikat saat itu. Dari alasan diatas, maka Iblis mengatakan bahwa dia (malaikat) lebih baik daripada Adam (manusia).

2. Perjanjian antara Allah dan Iblis
Karena Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam dan setelah dia mengemukakan alasan penolakannya, jelas terlihat kesombongan didalam dirinya. Maka dari itu Allah mengeluarkan Iblis dari Surga dan merendahkannya. Yang dimaksud “merendahkan” disini mungkin lebih dekat dengan penurunan derajat atau posisi (dalam ajaran Nasrani, Iblis sebelumnya adalah malaikat dengan kedudukan tinggi).

Bagian yang cukup menarik dalam kisah ini adalah bahwa Iblis meminta penangguhan untuk hukumannya hingga Hari Kebangkitan dan permintaan ini dikabulkan oleh Allah. Dari hal ini, maka bisa dihitung bahwa pengusiran dari Surga, penurunan kedudukannya hingga kutukan yang ada padanya bukan merupakan hukuman untuk Iblis bagi Allah.

Karena pada hari itu Iblis disalahkan, maka ia berjanji akan menunggu umat manusia dan datang kepada mereka dari depan, belakang, kanan dan kiri, kemudian akan membuat banyak dari manusia tidak bersyukur. Pernyataan Iblis tersebut malah membuatnya semakin tercela dan terusir dari Surga. Sebagai gantinya, Allah berkata bahwa siapapun yang mengikuti Iblis, maka mereka semua akan menjadi isi dari Neraka (tinggal dalam Neraka).  

3. Penipuan Adam dan Istrinya di Surga
Kita semua tahu bahwa Adam dan istrinya diperbolehkan tinggal di Surga. Mereka diberikan kebebasan untuk memilih makanan di Surga, kecuali dari satu pohon. Dengan kata lain, Adam dan istrinya saat itu hanya memiliki satu hukum (larangan) dan diberikan kebebasan yang luas.


Namun kemudian syaitan datang kepada Adam dan istrinya untuk memakan buah dari pohon terlarang itu. Siapakah syaitan tersebut? Apa yang dimaksud dengan syaitan? Dan menariknya, bagaimana syaitan bisa tahu bahwa buah terlarang tersebut akan menunjukkan kepada Adam dan istrinya bagian-bagian pribadi mereka? Buah apa yang bisa menyebabkan Adam dan istrinya untuk menunjukkan bagian-bagian pribadi mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin membutuhkan waktu dan seluruh cerita untuk bisa dijawab.

Kemudian syaitan mengatakan “Tuhanmu tidak melarang pohon ini kecuali agar kamu menjadi malaikat atau menjadi yang abadi” dan ditambah dengan sumpah “Sungguh aku untukmu adalah dari mereka yang memberi saran yang tulus (jujur).”

Jika kita menganalisa ayat ini lebih lanjut, kita bisa mengetahui identitas Syaitan dengan melihat satu fakta yaitu: Syaitan ini mengetahui akibat dari memakan buah terlarang tersebut. Dan yang mengetahui berbagai hal sebelum Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam adalah para malaikat. Maka besar kemungkinan bahwa yang dimaksud “Syaitan” disini berasal dari kalangan malaikat.

Bujukan Syaitan kepada Adam juga harus kita perhatikan dengan seksama. Mengapa Adam dan istrinya terbujuk dengan iming-iming menjadi “malaikat” atau menjadi yang “abadi”? Jika kita menarik garis lurus dengan konflik rasisme antara malaikat dengan manusia sebelumnya, maka sebagai kaum minoritas saat itu, apa yang akan anda lakukan jika mendapat tawaran yang sama?

Disini saya memiliki dua spekulasi, yang pertama menurut saya jawaban yang paling logis mengapa Adam dan istrinya menerima tawaran tersebut adalah: bahwa mereka ingin diterima. Mereka ingin diterima sebagai sesama makhluk Tuhan dan menghilangkan konflik rasisme antar malaikat dan manusia dengan bergabung menjadi malaikat. Yang kedua: bahwa mereka ingin kekuatan lebih. Bagian bujukan Syaitan yang merujuk “menjadi yang abadi” sangat mungkin adalah sesuatu yang setara atau lebih dari malaikat, bahkan hingga tingkat menjadi petinggi malaikat atau Tuhan.

Sehingga akhirnya, ketika Adam dan istrinya memakan buah dari pohon itu, menjadi jelaslah bagian-bagian pribadi mereka, kemudian mereka mulai mengikat dengan kencang dari daun-daun Surga. Dan pada titik inilah Syaitan membuat mereka jatuh melalui tipu daya, padahal sebelumnya dia mengatakan bahwa dia adalah yang memberi saran yang tulus (jujur).

Buah apa yang bisa membuat Adam dan istrinya menjadi jelas bagian pribadi mereka sehingga mereka harus menutupi diri dengan mengikat kencang dari daun-daun Surga? Ini spekulasi saya, namun kemungkinan besar buah itu adalah buah yang memabukkan. Kita semua mengetahui bagaimana efek orang mabuk di dunia ini. Efeknya cukup beragam, namun paling banyak adalah kasus kekerasan (marah, pukul, dsb) dan seksual (pemerkosaan, pelecehan, dsb) dalam keadaan setengah sadar maupun tidak sadar. Sedangkan dalam kasus Adam dan istrinya, kemungkinan menyangkut dua kasus tersebut, karena mereka kehilangan atau kerusakan baju dari yang sebelumnya mereka kenakan (sehingga mereka harus mengambil daun-daun Surga untuk menutupi diri mereka). Namun kemungkinan lain juga, bahwa Syaitan telah mengambil dan menyembunyikan sisa dari baju mereka saat mereka tidak sadar.  

Catatan:
Jika kita cermati, maka sifat Syaitan disini adalah penipu. Ia membuat suatu kebohongan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau ia memanipulasi suatu informasi sehingga informasi tersebut menjadi salah. Maka, jika seseorang sering berbohong, berhati-hatilah karena berbohong dan menipu adalah sifat syaitan. Selain itu, Syaitan akan langsung hilang/pergi setelah mereka berhasil menipu, sehingga saat kita ada masalah, maka merekalah orang-orang yang paling pertama akan menghilang (kabur/lari). Dan disini kita juga belajar bahwa Syaitan tidak hanya berasal dari golongan manusia saja, namun juga bisa berasal dari golongan malaikat.

4. Perintah Turun dari Surga oleh Allah pada Adam dan Istrinya.
Setelah Adam dan istrinya mengikat tubuh mereka dengan dedaunan surga, mereka dipanggil oleh Allah. Telah menjadi jelas kondisi mereka dihadapan Allah dan Allah mengetahui bahwa mereka telah melanggar satu-satunya larangan yang telah ditetapkan-Nya. Maka Allah berkata kepada mereka “Bukankah Aku telah melarangmu dari pohon itu dan memberitahu kepadamu bahwa Syaitan, bagimu, adalah musuh yang nyata?”

Kemudian Adam dan istrinya menjawab “Tuhan kami, kami telah menyalahi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak memaafkan kami dan memberi ampunan kepada kami, maka kami akan termasuk dari mereka yang kalah.” Di titik inilah Adam dan istrinya meminta ampunan dari Tuhan.

Setelah Adam dan istrinya meminta ampunan dari Tuhan, mereka diperintahkan untuk turun dari Surga menuju Bumi. Perintah ini juga merupakan ketetapan (peraturan) yang telah Tuhan buat untuk seluruh umat manusia. Perintah untuk turun ini dapat dibaca sbb:

(Allah) mengatakan “Turunlah, menjadi musuh satu sama lainnya. Dan untukmu di bumi adalah sebuah tempat tinggal dan kesenangan untuk suatu waktu.”

Dia mengatakan “Disanalah kamu akan hidup dan disanalah kamu akan mati dan darinyalah kamu akan dibangkitkan.”

Dari ayat diatas, maka dapat dipastikan beberapa ketetapan manusia di bumi, yaitu:
a. Manusia akan menjadi musuh satu sama lainnya di bumi
b. Terdapat tempat tinggal untuk manusia di bumi
c. Terdapat kesenangan untuk suatu waktu di bumi
d. Di bumilah manusia akan hidup
e. Di bumilah manusia akan mati
f. Di bumilah manusia akan dibangkitkan

Catatan:
Perlu diingat disini, bahwa manusia sejatinya tidak bersalah karena mereka ditipu. Namun karena mengikuti penipuan itu, mereka malah melanggar satu-satunya larangan dari Tuhan dan dari situ, mereka dihukum. Hal ini juga banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat lainnya, misalnya karena mempercayai ajaran agama yang salah atau mempercayai berita yang belum jelas kebenarannya. Jika mengikuti penipuan tersebut, maka manusia itu akan dihukum pula karena mereka telah mengikuti yang tidak benar.

Selain itu, perlu kita tekankan disini, bahwa manusia hanya akan hidup, mati dan dibangkitkan di bumi. Maka tidak mungkin manusia bisa hidup di langit, di dalam air, ataupun langsung masuk ke surga. Ketentuan ini meliputi semua manusia, termasuk para nabi. Sehingga tidak benar jikalau Nabi Isa tinggal diatas langit saat ini dan belum meninggal dan akan hadir sebelum hari kiamat nanti. Juga tidak benar berita mengenai Nabi Idris, yang pergi ke Surga karena sendal tertinggal disana, padahal beliau belum meninggal di dunia. Maka, hadist-hadist yang menyatakan seperti diatas adalah palsu, karena tidak sesuai dengan ketetapan Allah saat menurunkan manusia ke bumi.

Thursday, December 12, 2019

Kisah Nabi Adam berdasarkan Al-Qur’an 3


1.      4. Kisah Anak-Anak Adam
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah dari dua anak Adam, dalam kebenaran, ketika mereka berdua menawarkan sebuah kurban, dan diterima satu dari mereka dan ditolak dari yang satunya. Mengatakan “Aku pasti akan membunuhmu.” Mengatakan “Sungguh, Allah hanya menerima dari yang berbuat benar.

Jika kamu akan mengangkat tanganmu terhadapku untuk membunuhku – Aku tidak akan mengangkat tanganku terhadapmu untuk membunuhmu. Sungguh, Aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.
Sungguh aku ingin kamu untuk mendapatkan dosaku dan dosamu agar kamu akan termasuk dari teman-teman Api. Dan itulah balasan dari yang berbuat salah.”

Dan jiwanya mengijinkan kepadanya pembunuhan terhadap saudaranya, maka dia membunuhnya dan menjadi diantara yang kalah.

Kemudian Allah mengirimkan sebuah burung gagak mencari di tanah untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana cara untuk menyembunyikan aib dari saudaranya. Dia mengatakan “Kesengsaraanlah untukku! Apakah aku telah gagal untuk menjadi seperti burung gagak ini dan menyembunyikan tubuh dari saudaraku?” Dan dia menjadi salah satu dari yang menyesal.”
(Q.S Al-Maidah ayat 27-31)


Kisah diatas jelas merupakan kisah anak-anak Adam, yaitu perselisihan antara Habil dan Qabil. Keduanya memberikan kurban kepada Allah dan salah satu diantara kurban mereka diterima. Kisah ini juga dikenal sebagai kisah pembunuhan pertama umat manusia. Terdapat beberapa hal menarik dalam kisah ini, yaitu:

1. Hukum (ketetapan) manusia saat itu, jika seseorang membunuh manusia lain (tanpa kebenaran), maka ia akan menanggung dosanya sendiri dan dosa orang yang dibunuhnya tersebut. Maka bisa diasumsikan bahwa sejak turunnya Adam ke Bumi, Adam telah mengajarkan hukum-hukum yang berlaku untuk manusia kepada anak-anaknya.

2. Sikap dari anak Adam yang akan membunuh saudaranya sendiri ketika dia kalah (kurbannya tidak diterima). Sebelum pembunuhan terjadi, dia mengancam dengan mengatakan “Aku pasti akan membunuhmu”, namun saudaranya mengabaikan ancaman tersebut dengan mengatakan “Aku hanya takut kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.” Bahkan jika saudaranya benar-benar mengangkat tangannya, maka ia tidak akan melawan. Ia juga sudah mengingatkan saudaranya mengenai hukum dari membunuh seseorang yang benar. Namun, terlepas dari berbagai nasihat saudaranya, ia tetap membunuh saudaranya tersebut. Maka ada dua poin yang harus kita catat. Pertama, saudaranya (yang membunuh) tersebut tidak takut akan Allah. Kedua, pembunuhan tersebut terjadi karena saudaranya (yang membunuh) mengijinkan jiwanya melakukannya (artinya disini dia sadar dan dia memang ingin/berniat untuk membunuh saudaranya walaupun dia memiliki pilihan untuk tidak membunuhnya). 

3. Anak Adam tersebut gagal menyembunyikan tubuh (jasad) saudaranya (yang telah dibunuh), walaupun Allah telah mengirim seekor gagak untuk memperlihatkan kepadanya. Maka kemungkinan besar jasad saudaranya tersebut akan ditemukan.

4. Anak Adam (yang membunuh saudaranya) tersebut akan masuk Neraka (menjadi teman dari Api) karena telah membunuh seseorang tanpa kebenaran.


5. Dalam awal ayat menyatakan bahwa kita harus membacakan kisah anak Adam "dalam kebenaran". Hal ini mengindikasikan adanya kisah-kisah anak Adam yang diceritakan secara tidak benar, bahkan terbalik  (antara anak Adam yang berbuat benar dan salah). Maka dari itu, kita harus selalu berhati-hati terhadap kisah anak Adam ini, terutama dari sumber-sumber lain.  

Catatan:
Burung gagak (dan banyak hewan lainnya) dikenal sebagai salah satu hewan yang suka membuat lubang, terutama untuk mencari makanan yang berupa larva kumbang, yang biasanya berada di tanah. Larva kumbang ini juga bisa berada di halaman rumah ataupun taman yang beralaskan tanah. Dalam beberapa kasus hal ini memicu ketidaksukaan dari si pemilik lahan, terutama di daerah Amerika Serikat, karena lahan mereka jadi banyak berlubang. Berikut foto burung gagak yang sedang menggali lubang di salah satu lahan seseorang.



Gambar dari Google Image
Hal ini membuktikan bahwa kisah dalam Qur'an bisa jadi benar terjadi, karena burung gagak bisa menggali sebuah lubang. Dan dari sini kita juga harus mengetahui bahwa petunjuk dari Allah itu datangnya dari tanda-tanda alam, seperti burung gagak ini yang diperintahkan untuk menggali sebuah lubang tepat setelah anak Adam membunuh saudaranya sendiri. 

Kisah Nabi Adam berdasarkan Al-Qur’an 2


         2. Manusia Pilihan
“Sungguh, Allah memilih Adam dan Nuh dan keluarga dari Ibrahim dan keluarga dari I’mran melebihi dunia –
Keturunan, sebagian dari mereka dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”
(Q.S Al I’mron ayat 33-34)

Ayat diatas menjadi pengokohan bahwa Adam termasuk dari manusia yang dipilih Allah. Dalam Qur’an sendiri, terdapat beberapa ayat yang menyatakan bahwa Allah memilih untuk diri-Nya hamba-hamba-Nya. Maka beruntunglah orang-orang yang dipilih oleh Allah karena masih diberikan iman (kepercayaan) untuk beribadah maupun bertaubat. Ayat ini juga memberi informasi bahwa sebagian manusia berasal dari keturunan Adam.

2.      3. Isa dan Adam
“Sungguh, perumpamaan dari Isa untuk Allah adalah seperti dari Adam. Ia menciptakan Adam dari debu; kemudian Dia mengatakan kepadanya “Jadilah,” dan jadilah dia.”
(Q.S Al-I’mran ayat 59)

Ayat diatas memiliki makna yang sangat penting bagi kita untuk memahami penciptaan manusia. Jika perumpamaan penciptaan Isa adalah seperti penciptaan Adam, maka bisa diasumsikan bahwa Adam dan Isa memiliki proses penciptaan yang sama. Mengenai proses penciptaan Isa, beliau dilahirkan tanpa Ayah (tanpa adanya hubungan seks/intim) oleh Maryam. Jika kita mengambil asumsi yang sama, maka Adam pun dilahirkan tanpa Ayah (tanpa adanya hubungan seks/intim) seperti Isa. Proses kelahiran tanpa Ayah dalam manusia telah terbukti dalam sains yang dikenal sebagai Parthenogenesis.
Sedangkan yang dimaksud penciptaan Adam dari debu, kemungkinan merujuk pada nilai ukuran. Anda bisa melihat contohnya dalam istilah sedimentologi, dimana terdapat banyak variasi ukuran butiran. Maka debu yang dimaksud disini sangat mungkin merujuk pada ukuran sel sperma/ovum, yang kemudian terfertilisasi.

Namun kita mengetahui bahwa Adam diciptakan dari tanah liat. Asumsi dari hal ini adalah, adanya dua proses penciptaan Adam; yang pertama di langit dan kedua di bumi. Saat di langit, Adam diberikan bentuk dari tanah liat, kemudian ditiupkan ruh Allah kepadanya, maka hiduplah dia. Sedangkan saat di bumi, Adam terlahir tanpa Ayah dari fertilisasi sel sperma dan ovum dalam rahim suatu makhluk (yang secara logika seharusnya memiliki kandungan DNA paling dekat dengan manusia).

Lalu bagaimana Adam turun dari Surga ke bumi? Jika kita simak baik-baik, yang tidak berubah dari saat Adam berada di Surga dan Bumi, adalah jiwa/ruh dari Adam itu sendiri. Maka sangat mungkin.. bahwa sejatinya, sebelum diturunkan ke Bumi, Adam dicabut ruh/jiwanya (meninggal) di Surga. Kemudian Allah menciptakan tubuh Adam di Bumi dalam sebuah makhluk tanpa Ayah dan ditiupkannya ruh/jiwa Adam kedalamnya. Menurut saya, ini adalah penjelasan paling logis bagaimana manusia diturunkan ke Bumi dari Surga.

Catatan:
Berikut akan saya berikan contoh mengenai nilai ukuran butir, berdasarkan skala Wentworth:

    Tabel 1. Skala Wentworth dengan modifikasi (Wentworth, Chester K.,1922)
                                         
Sementara mengenai proses parthenogenesis, dijelaskan sebagai berikut:
Beberapa orang memiliki tisu ovarian dan testikular dalam diri mereka, antara dalam gonad yang sama atau berlawanan. Orang-orang ini bisa disebut sebagai hermaprodit asli (True Hermaprodites). Ovotestis adalah sebuah struktur bipolar yang menunjukkan tisu ovarian di bagian atas dan tisu testikular di bagian bawah dan ini bisa ditemukan pada sebuah posisi ovarian atau dalam posisi yang lebih caudal. Sebuah fallopian tube dan vas deferens tidak pernah ditemukan bersamaan dengan atau bersebelahan dengan sebuah ovotestis. Tes protein SRY dilakukan dalam kedua porsi ovotestis dari testikular dan ovarian yang menunjukkan bahwa protein SRY (TDF) tidak menghalangi pertumbuhan ovari. Sementara kamar ovarian dari sebuah ovotestis menunjukkan bukti adanya ovulasi saat pubertas dalam sekitar 50% kasus, spermatogenesis tidak pernah terlihat dalam porsi testikular dari sebuah ovotestis. Spermatogenesis hanya terlihat pada testis tunggal/tersendiri yang ditemukan dalam hermaprodit asli. Sekitar 10% dari hermaprodit asli diturunkan/berasal lebih dari satu zigot dan adalah chimeras (chi 46,XX/46XY). Dalam chimerisme, dua oosit difertilisasi oleh dua spermatozoa, kemudian terjadilah fusi kedua embrio tersebut. Maka, chimerisme terjadi akibat dari fusi dua zigot berbeda dalam satu embrio. Spektrum fenotipik dari 46,XX/46,XY subjek chimeric sangat bervariasi, mereka bisa normal (laki-laki atau perempuan) atau ambigu. Banyak kasus telah dilaporkan dalam literatur dan keturunan (anak-anak) telah diamati dalam beberapa pria dan wanita (Irmak, M.Kemal, 2010).

Friday, October 25, 2019

Kisah Nabi Adam berdasarkan Al-Qur’an 1


Theory of Evolution of Man
Sumber Gambar dari Google
Kisah Nabi Adam adalah kisah yang paling umum kita jumpai dalam tiap agama. Adam disebut sebagai manusia pertama yang berada di bumi, memberikan keturunan yang meliputi berbagai suku dan bangsa. Masih terdapat berbagai perdebatan mengenai kebenaran kisah Nabi Adam, juga terdapat beberapa versi berbeda dari sebagian kitab samawi. Apa kebenaran kisah ini? Apa kisah ini sesuai dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki saat ini? Untuk itu, saya akan menelaah ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan Nabi Adam.

1.      Awal Mula Manusia di Surga
“Dan ketika Tuhanmu mengatakan kepada para malaikat “Sungguh, Aku akan membuat di bumi seorang khalifah.” Mereka berkata “Apakah Engkau akan menaruh didalamnya sesuatu yang membuat kehancuran didalamnya dan menumpahkan darah, sementara kami memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Allah mengatakan “Sungguh, Aku mengetahui hal yang kamu tidak ketahui.”

Dan Dia mengajarkan Adam nama-nama semuanya. Kemudian Dia menunjukkannya kepada para malaikat dan mengatakan “Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama ini, jika kamu berkata jujur (benar).”

Mereka mengatakan “Pujian kepada-Mu; kami tidak memiliki pengetahuan kecuali dari apa yang telah Engkau ajarkan pada kami. Sungguh, Engkaulah yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
Dia mengatakan “Wahai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama ini.” Dan ketika ia telah memberitahukan nama-nama itu, Dia mengatakan “Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa Aku mengetahui yang ghaib (tidak terlihat) dari langit dan bumi? Dan Aku mengetahui apa yang telah kamu perlihatkan dan yang telah kamu sembunyikan?”

Dan ketika Kami mengatakan kepada para malaikat “Bersujudlah kepada Adam”; maka mereka bersujud, kecuali Iblis. Dia menolak dan sombong dan menjadi yang tidak percaya.

Dan Kami mengatakan “Wahai Adam, tinggallah, kamu dan istrimu, di Surga dan makan darinya dalam berlimpah dari manapun yang kamu inginkan. Tetapi jangan mendekati pohon ini atau kamu akan termasuk ke dalam yang berbuat salah.”

Tetapi Syaitan membuat mereka keluar darinya dan mengeluarkan mereka dari apa mereka dahulu. Dan Kami mengatakan “Turunlah, sebagai musuh satu sama lain, dan kamu akan memiliki di dalam bumi sebuah tempat tinggal dan persediaan untuk suatu waktu.”

Kemudian Adam menerima dari Tuhannya kata-kata, dan Dia menerima taubatnya. Sungguh,  Dia adalah yang Maha Menerima Taubat, yang Maha Pengampun.

Kami mengatakan “Turunlah darinya, kalian semuanya. Dan ketika petunjuk datang kepadamu dari-Ku, siapapun yang mengikuti petunjuk-Ku – tidak akan ada rasa takut atas mereka, ataupun mereka akan bersedih.   

Dan mereka yang tidak percaya dan menolak tanda-tanda Kami – merekalah yang akan menjadi teman-teman dari Api; mereka akan tinggal didalamnya selama-lamanya.”
(Q.S Al-Baqarah ayat 30-39)

Ayat-ayat diatas memberikan cerita yang cukup panjang, namun untuk mempermudah memahaminya, saya akan membaginya menjadi beberapa bagian:

1. Saat Allah menyatakan kepada para malaikat bahwa Dia ingin menjadikan manusia sebagai “khalifah” di bumi, para malaikat mempertanyakan keputusan ini dengan bertanya “Apakah Engkau akan menjadikan di bumi itu sesuatu yang membuat kehancuran dan pertumpahan darah?” Disaat bersamaan, mereka membandingkan manusia dengan diri mereka sendiri dengan mengatakan “Sementara Kami memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Pesan tersirat yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwa malaikat merasa diri mereka lebih baik untuk menjadi Khalifah di bumi daripada manusia. Selain itu, malaikat sudah mengetahui sikap, perbuatan, dan watak manusia, sehingga sangat mungkin.. jika sebelumnya Allah telah menciptakan manusia sebelum Adam. Dan dari percakapan ini, kita bisa tahu bahwa malaikat adalah makhluk yang dapat berpikir, dapat menyatakan pendapat dan memiliki kebebasan, sama seperti kita dan makhluk lainnya.

2. Setelah para malaikat menyampaikan pertanyaan mereka, Allah mengatakan “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Kemudian Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam dan menguji para malaikat dengan bertanya “Katakanlah padaku nama-nama ini, jika kamu berbicara benar (jujur).” Namun tidak ada malaikat yang mengetahui nama-nama itu, maka Allah memerintahkan kepada Adam untuk memberitahu mereka nama-nama itu. Kejadian ini untuk membuktikan kepada para malaikat bahwa ada hal-hal yang tidak mereka ketahui, namun diketahui oleh manusia. Sedangkan untuk nama-nama yang telah dipelajari oleh Adam dari Allah, ada dua kemungkinan; yang pertama ialah nama-nama tersebut sebelumnya telah ada di alam semesta, namun para malaikat belum diajarkan mengenainya. Yang kedua adalah bahwa nama-nama tersebut adalah hal-hal baru yang ada di alam semesta. Dalam hal ini, kemungkinan kedua memiliki kemungkinan lebih besar. Hal ini karena perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia memiliki kemampuan untuk “menciptakan” (invent) hal-hal baru. Bukti utamanya adalah perkembangan teknologi saat ini; yang mungkin tidak bisa dibayangkan pembuatannya 300 tahun sebelumnya.

3. Setelah itu Allah mengatakan “Bukankah Aku sudah katakan padamu bahwa Aku mengetahui yang ghaib dari langit dan bumi? Dan Aku mengetahui yang kamu perlihatkan dan kamu sembunyikan? Pertanyaan ini diberikan karena Allah mengetahui apa yang disembunyikan oleh “sebagian malaikat”. Hal ini kemudian terbuktikan dengan ujian berikutnya, dimana Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Dan semua malaikat bersujud, kecuali Iblis. Dia menolak dan sombong dan menjadi yang tidak percaya. Dari cerita ini, kita mengetahui bahwa sebenarnya Iblis berasal dari golongan malaikat. Dan sikap Iblis yang menolak dan sombong mengukuhkan pendapat sebelumnya bahwa malaikat memiliki kebebasan berpikir dan membuat keputusan dan juga, malaikat memiliki sifat mereka sendiri, sama seperti manusia. Terakhir, yang paling menarik adalah bagaimana Iblis termasuk dari mereka yang tidak percaya; dalam hal ini mungkin Iblis tidak percaya bahwa manusia adalah makhluk yang setara dengan mereka (malaikat).

4. Kemudian Adam dan istrinya dipersilakan untuk tinggal di Surga. Mereka diberikan kebebasan untuk memakan darimanapun yang mereka inginkan, kecuali dari satu pohon. Tetapi Syaitan membuat mereka keluar dari Surga dan mengeluarkan mereka dari keadaan mereka dahulu. Kisah ini memiliki bagian menarik, dimana Allah memberikan kebebasan yang luas namun hanya memberikan satu peraturan/larangan, namun manusia telah melanggar larangan tersebut. Ini membuktikan bahwa walaupun hanya ada satu peraturan/larangan, manusia pasti akan melanggarnya. Walaupun kita beralasan bahwa ia adalah salah syaitan namun syaitan hanya menggoda dan yang melakukan perbuatan tersebut adalah manusia, maka alasan tersebut tidak bisa diterima. Hal menarik yang kedua adalah bagaimana Syaitan bisa masuk ke dalam Surga untuk menggoda Adam dan istrinya. Siapakah Syaitan itu? Mungkin akan kita ketahui dalam ayat-ayat berikutnya.

5. Setelah Adam dan istrinya dikeluarkan dari Surga, mereka diperintahkan untuk turun darinya dan pergi ke Bumi. Yang menarik adalah pembukaan dari perintah ini: “Turunlah, sebagai musuh satu sama lain”, yang mengisyaratkan bahwa manusia pasti akan saling bermusuhan. Kemudian adalah jaminan bagi manusia bahwa di bumi mereka akan diberi tempat tinggal dan persediaan untuk suatu waktu.

6. Sebelum turun ke bumi, Adam menerima kata-kata dari Tuhannya dan Allah menerima taubatnya. Disini jelas bahwa Adam diajarkan  kata-kata untuk bertaubat yang kemudian diterima oleh Allah.

7. Hal terakhir sebelum turun ke Bumi, ialah pesan yang berisi peraturan, bahwa Allah akan menurunkan petunjuk kepada manusia dan siapapun yang mengikuti petunjuk tersebut tidak akan merasa takut atau sedih sedangkan yang tidak percaya dan menolak tanda-tanda Allah akan menjadi teman dari Api dan tinggal didalamnya selama-lamanya. Disini mungkin kita akan menanyakan petunjuk apa yang Allah beri atau bagaimana melihat tanda-tanda Allah. Mulai dari sini juga kita mengetahui mengenai adanya Surga dan Neraka dan ketentuan untuk memasuki salah satunya adalah untuk percaya atau tidak percaya terhadap petunjuk dan tanda-tanda yang Allah beri. Maka dari itu, semua ini tergantung dari pilihan manusia masing-masing.

8. Dari cerita diatas, kita dapat mengerti kejadian dari penciptaan Adam hingga ia turun ke bumi. Saya sendiri banyak memiliki pertanyaan mengenai kisah ini. Misalnya, jika memang manusia ingin dijadikan khalifah di bumi, mengapa ia diciptakan di langit dan dibiarkan tinggal di Surga terlebih dahulu? Seandainya Iblis tidak bersikap sombong dan tidak melawan perintah Tuhan, apakah alur ceritanya masih akan sama? Jika setiap makhluk memiliki kebebasan berpikir dan membuat keputusan, maka bagaimana Tuhan dapat mengetahui semua itu dan memprediksi semua alur yang mungkin terjadi? Bagaimana manusia diturunkan ke bumi dari Surga? Ada pertanyaan yang mungkin kita bisa temukan jawabannya dan ada juga pertanyaan yang mungkin saat ini belum bisa kita temukan jawabannya kecuali dengan bertanya langsung pada Tuhan. Namun yang jelas, kisah ini menjadi pelajaran bagi kita, sebagai masa awal manusia hidup di bumi.